Malam telah larut. Angin lembut meniup tirai balkon, menciptakan bayang-bayang yang menari di lantai marmer. Akash berdiri di sana—tegak, diam, dengan rokok yang sudah lama padam tergenggam di jari-jarinya. Tatapannya kosong menembus gelapnya langit, rasa penyesalan masih menggantung di langit-langit hatinya saat mengingat kejadian siang tadi saat ia pulang.Darah yang menetes dari kaki Asha seolah menciptakan goresan di hatinya. Berbagai perandaian tercipta dalam kepalanya sendiri, seandainya ia tidak membawa Sizy ke rumah ini, seandainya ia tidak meninggalkan Asha di rumah siang tadi, seandainya ia tidak pergi, seandainya ia pulang lebih awal. Seandainya… seandainya… seandainya…Sementara itu, di dalam kamar yang tidak terlalu gelap, Asha yang tadinya terlelap mulai menggeliat, tangannya meraba ke bagian kosong kasur dan tidak menemukan keberadaan Akash disana. Perlahan matanya terbuka, dibukanya selimut pelan, lalu dengan suara serak ia mulai memanggil, “Mas.”Tidak ada jawaban.Ha
Terakhir Diperbarui : 2025-06-29 Baca selengkapnya