"Gak gitu caranya, Kak!"Dengan langkah ringan dan berjinjit, Tara mendekat, lalu membisikkan teguran di telinga Dewa. Giginya gemertak menahan marah. Ia memang kesal dipandang sebelah mata, dikira pengamen jalanan oleh dua satpam itu. Tapi tetap saja, bukan berarti Dewa harus meminta sang manajer restoran memecat mereka."Pak, tolong jangan pecat saya... Istri saya sedang hamil. Kami butuh biaya untuk persalinan," suara salah satu petugas terdengar parau, nyaris seperti rintihan."Iya, Pak... Saya juga ada empat anak di rumah. Maafkan kami, Tuan, Nyonya," sambung rekannya dengan mata berkaca-kaca.Tara menyikut lengan Dewa berkali-kali, sementara sang manajer restoran terlihat mulai gelisah, malu dengan tingkah karyawannya sendiri.Namun Dewa tetap diam, tubuhnya tegak, sorot matanya menusuk lurus ke arah dua penjaga itu."Kak, tolong... cabut ucapan kakak. Kasihan mereka," bisik Tara, nadanya melembut, nyaris memohon.Dewa akhirnya membuka suara, "Kalian tahu? Orang yang kalian hina
Terakhir Diperbarui : 2025-06-02 Baca selengkapnya