Raka menarik napas panjang, lalu ucapnya lirih, “Ya sudah, Ayah tunggu di sini sama kalian.”Suaranya nyaris tenggelam di antara riuh rendah angin sore yang menyibak dedaunan kering. Ia melipat lengan, berdiri canggung di dekat bangku taman yang mulai sepi.Sejak Raka datang, suasana yang tadinya penuh tawa berubah beku. Aidan, Bayu, dan Elina hanya duduk diam, seperti tiga boneka kayu yang kehilangan tali kendali.Tak ada lagi permainan kejar-kejaran atau tawa renyah yang menggema. Mereka menunduk, sesekali saling melirik, tapi tak satu pun bicara.Langit perlahan beralih warna, dari biru cerah menjadi kelabu tua, pertanda hari mulai menua.Tapi Kirana belum juga datang.Raka melirik ponsel. Layar menyala, nama Kirana terpampang. Ia menekan panggilan, menunggu nada sambung… tidak diangkat.Ia mencoba lagi. Lalu lagi. Tetap sama.Mungkin dia masih di ruang operasi, batinnya, mencoba menenangkan keresahan yang mulai merambat ke ubun-ubun.Ia menoleh pada anak-anak yang masih setia duduk
Last Updated : 2025-07-14 Read more