Setelah sarapan yang terasa hambar di lidahnya, Kirana duduk sejenak di tepi ranjang. Aroma kaldu ayam yang tadi disajikan Lisa masih samar menempel di udara, tapi perutnya terasa terlalu kaku untuk benar-benar menikmatinya.Ia menatap jam dinding. Jarum panjang baru saja melewati angka sembilan. Masih pagi, pikirnya. Kalau ia cepat, masih ada kemungkinan tiba di lembaga penelitian tepat waktu.“Demamku sudah reda. Lisa, tolong urus kepulanganku, ya. Aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan,” ujarnya dengan nada datar, seperti orang yang sedang membacakan kalimat wajib, bukan permintaan.Lisa, yang sedang membereskan piring sarapan, mendongak dengan wajah ragu. Jemarinya terhenti di udara, seolah tak tahu apakah harus melanjutkan pekerjaannya atau menegur majikannya itu.“Bu Alesha,” ucapnya perlahan, “sebaiknya Ibu istirahat satu hari lagi. Saya tahu akhir-akhir ini Ibu benar-benar kewalahan. Kemarin Ibu jatuh sakit bukan tanpa alasan, tapi karena kelelahan. Baru saja panasnya turun
Terakhir Diperbarui : 2025-07-16 Baca selengkapnya