Raka melangkah cepat begitu keluar dari mobil, udara siang Jakarta yang panas masih menempel di jaketnya. Sepatu kulitnya beradu dengan lantai marmer lobi kantor, bunyinya tajam, menandai setiap langkah penuh tujuan.Ia tidak menyapa siapa pun, bahkan resepsionis yang biasa tersenyum ramah. Tatapannya lurus, hanya satu arah: lantai atas.Begitu pintu lift terbuka, ia segera masuk, menekan tombol, lalu menyandarkan tubuh pada dinding logam dingin. Napasnya berat, namun wajahnya tetap terjaga tanpa ekspresi.Dalam hitungan detik, lift berdenting, pintunya bergeser, dan di sanalah sosok Zayyan menunggu, berdiri kaku tepat di depan pintu ruangannya.“Tuan Pradana,” sapa Zayyan cepat, hampir seperti refleks.Alis Raka terangkat sedikit. “Ada apa?” suaranya datar, namun tajam, seperti bilah pisau yang tidak perlu ditajamkan lagi.Wajah Zayyan serius, kedua tangannya saling meremas di depan perut. “Ada masalah dengan bisnis kita di Surabaya. Kita perlu mengirim eksekutif ke sana. Siapa yang h
Last Updated : 2025-07-22 Read more