Dentang telepon tiba-tiba memecah keheningan yang menegang di meja makan.Suara logam yang tajam itu seperti palu memukul gong, membuat semua percakapan yang belum sempat terucap terputus begitu saja.Raka, yang sejak tadi duduk kaku dengan pikiran melayang entah ke mana, terkejut. Tangannya bergerak refleks, meraih ponsel di sisi piringnya tanpa sempat menoleh pada layar. Dalam benaknya, bayangan wajah Kirana bersama Lukman masih berputar, menciptakan rasa asing yang menyesakkan dada.Begitu sambungan terhubung, suara seorang perempuan menyusup masuk, bernada cemas, terburu-buru, seolah tak ingin kesempatan itu hilang.“Raka, aku dengar kamu sempat ke Surabaya untuk urusan bisnis. Bagaimana? Sudah selesai?”Nada itu lembut tapi mengandung getar rindu. Zelina.Sejenak Raka terdiam, dahi mengerut, seakan baru saja disadarkan dari lamunannya.Zelina, dengan semangatnya yang selalu mendahului logika, telah mencoba mendatangi kantor Raka kemarin. Usahanya berakhir sia-sia, pintu ruangannya
Terakhir Diperbarui : 2025-07-27 Baca selengkapnya