Raka menancapkan sekop ke tanah yang lembap, otot lengannya menegang. Tanah itu tidak sekeras yang ia bayangkan, tapi sekop di tangannya terasa bandel, susah diajak kompromi. Setiap kali ia mencoba menekan dengan lebih kuat, tanah justru muncrat ke arah yang tak sesuai harapan.Napasnya semakin berat, keningnya berlipat rapat.“Kenapa susah sekali...” gumamnya lirih, hampir tak terdengar.Saat ia masih berusaha menguasai sekop itu, ada sesuatu yang membuat tubuhnya menegang: tatapan. Ada sensasi samar yang menusuk sisi wajahnya, hangat, tapi juga membuatnya salah tingkah. Refleks, ia menoleh.Benar saja, Kirana sedang memandanginya. Mata itu—bening, teduh, tapi cepat sekali bersembunyi begitu tatapan mereka bertemu. Wajah Kirana seketika berubah datar, seolah tak pernah terjadi apa-apa.Kerutan di kening Raka tidak juga hilang, namun rasa jengkel yang tadi menguasai dadanya mendadak runtuh begitu saja. Ia mengembuskan napas, menyerah, lalu menoleh ke arah petugas yang berdiri beberapa
Last Updated : 2025-08-02 Read more