Setelah termenung cukup lama, Zelina akhirnya meraih ponselnya. Jari-jarinya sempat ragu menekan layar, seperti takut salah langkah, sebelum akhirnya berhenti di satu nama: Bu Pradana. Ia menarik napas panjang, lalu menekan nomor itu.Bunyi sambungan terdengar monoton di telinganya, setiap denting menambah ketegangan di dadanya. Sampai akhirnya suara yang familiar menyapa, terdengar sedikit terburu-buru.“Ada apa, Zelina?” suara Sekar, lembut tapi penuh kecemasan.Zelina menggigit bibir, mencoba menahan rasa sakit yang menjalar dari tangannya. “Bu Pradana, bisakah Ibu datang? Tangan saya sakit sekali… dan saya takut…” suaranya pecah, bergetar, seperti benang tipis yang nyaris putus.“Tunggu sebentar. Ibu segera ke sana,” jawab Sekar tanpa menunda, seolah tak ada pilihan lain.Telepon terputus. Sekar menatap layar ponselnya beberapa detik, lalu bergegas. Ia mengganti pakaiannya dengan gerakan tergesa, menyambar kunci mobil di meja. Hatinya berdegup lebih cepat dari langkah kakinya menuj
Last Updated : 2025-08-17 Read more