Di ruang keluarga lantai bawah, Senja menekuk wajah. Amarahnya mendidih seperti air yang dibiarkan terlalu lama di atas kompor, siap meluap kapan saja. Kata-kata Arga dan Bara tadi masih berputar-putar di kepalanya, menggema kasar, membuat dadanya sesak.Mereka menutup pintu rapat-rapat, seolah dirinya tak lebih dari anak kecil yang tak tahu apa-apa. Padahal, ia sudah mengorbankan begitu banyak hal demi Baskoro Group.Begitu langkah kaki keduanya lenyap di tangga menuju lantai atas, Senja langsung menjatuhkan tubuh ke sofa. Punggungnya terhempas, bantal empuk pun tak mampu menenangkan hatinya. Ia mendesah panjang, menatap langit-langit dengan mata kosong.Jemarinya menggenggam kain sofa, kuat sekali, seakan amarahnya bisa mengalir lewat serat kain itu.Beberapa pelayan melintas, menunduk sopan. Namun Senja, dengan wajah masam, melontarkan komentar ketus untuk hal-hal sepele. Gelas teh yang diletakkan terlalu dekat dengan pinggir meja, langkah yang menurutnya terlalu berisik, bahkan car
Terakhir Diperbarui : 2025-08-21 Baca selengkapnya