Raka mengernyit, garis halus di dahinya menajam, menyiratkan sesuatu yang lebih dari sekadar jengkel.Tatapannya menyapu cepat ke sekeliling lobi kantor yang sunyi dan luas, namun sorot matanya tetap gelisah, seolah ada sesuatu yang mengendap di balik pandangannya—sesuatu yang tak terkatakan, namun terasa nyata.Apa aku melihatnya lagi? Pertanyaan itu mengendap dalam pikirannya, nyaris seperti bisikan yang tak ingin ia dengar, tapi tetap hadir, menuntut perhatian. Raka mencoba mengabaikannya, menepis kemungkinan bahwa dirinya tengah berhalusinasi.Namun, dua hari berturut-turut, bayangan itu kembali. Samar, mengambang di pinggiran pandangan—selalu di tempat yang berbeda, namun dengan pola yang mengganggu: muncul sekejap, seperti kabut yang ditiup angin, lalu hilang sebelum bisa dikenali benar.Ia menarik napas pelan, lalu mendengus—sebuah ekspresi frustrasi yang tertahan. Pikirannya kalut, tapi ia berusaha keras menjaga wajah tetap tenan
Terakhir Diperbarui : 2025-05-29 Baca selengkapnya