Elina mengangguk pelan. Gerakannya begitu samar, nyaris tak terlihat, tetapi cukup bagi Raka untuk menghela napas panjang. Napas itu berat, penuh beban yang tidak sempat dijelmakan menjadi kata.Ia meraih tangan mungil putrinya. Ujung-ujung jarinya menyusuri permukaan kulit Elina, berhenti sejenak pada luka merah yang tampak masih baru. Sentuhannya lembut, hati-hati, lebih mirip belaian daripada perawatan.Ada rasa ragu di balik kelembutan itu, seakan ia takut menambah sakit yang sudah ada.“Guru sudah obatin?” suaranya rendah, nyaris seperti bisikan agar tidak memecahkan hening malam.Elina kembali mengangguk, kali ini sedikit lebih yakin.Tak ada kata tambahan dari Raka. Ia hanya menunduk, mengangguk tipis, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Matanya tetap tertuju pada luka itu. Di balik sorot yang berusaha tenang, tersembunyi kekhawatiran yang mendalam, berlapis, dan sulit dipadamkan.“Lukanya bakal butuh waktu buat sembuh. Harus rajin dikasih obat,” ucapnya akhirnya. Nada suaran
Last Updated : 2025-05-30 Read more