Raka duduk di sisi Kirana, tubuhnya tenang, hampir kaku, seperti patung yang sengaja diciptakan untuk tidak menunjukkan celah. Namun, di antara ketenangan itu, ada sesuatu yang berubah.Bukan pada wajahnya, melainkan pada caranya menyentuh—lembut, hati-hati, jauh dari sosok dingin yang selama ini Kirana kenal hanya lewat jarak, perdebatan, dan sisa-sisa ketegangan yang tak pernah selesai.Ia tidak banyak bicara. Sorot matanya sulit dibaca, seperti permukaan batu hitam yang menolak memantulkan cahaya. Senyum tak muncul, air mata jelas tak mungkin, tapi kehadirannya—duduk begitu dekat—cukup untuk membuat jantung Kirana berdentum, menyalip irama yang biasanya ia sembunyikan.Kirana curi-curi pandang. Saat Raka menunduk, wajahnya diterangi cahaya lampu gantung yang jatuh dari sisi kanan. Bayangan hidungnya jatuh tajam di pipi, menambah kesan tegas yang selama ini membuat banyak orang segan.Jemarinya bergerak mantap, melilit perban, menyapu kapas dengan antiseptik, namun sentuhannya seolah
Terakhir Diperbarui : 2025-06-27 Baca selengkapnya