Semua Bab Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya: Bab 61 - Bab 70

“Ras, kau yakin mau mengambilnya jadi staf kafe?” tanya Max meminta gadis itu mempertimbangkan ulang.Memang Max yang membawa gadis muda yang basah kuyup tadi untuk berteduh, tapi ia tak yakin kalau soal mempekerjakannya. Bagaimana pun, mereka tidak tahu latar belakang gadis yang memperkenalkan diri dengan nama Kana.Nama yang tidak awam di area Djayakarta itu menurut Max bukanlah nama aslinya. Namun, mau dicari seperti apa pun, Max tidak menemukan informasi terkait Kana. Bahkan Landy dan Albert tidak membantu banyak.“Yakin, Max.” Laras mengusap kepala Kana, sudah menganggapnya sebagai adik. “Sepertinya dia ini diusir dari rumah.”Max menatap Laras dan melihat tidak ada tanda-tanda keraguan. Kana pun tampak bersemangat dengan pekerjaan barunya di kafe.“Oke lah, kalau kau mau begitu.” Max menyerah. Ia tinggal menambah personel keamanan khusus saja di dekat kafe.Setelah memastikan tempat Kana tinggal bersama Laras di kafe lantai 2, Max kembali ke apartemennya. Namun, sekitar pukul 3

Max: Lucas, jadwalku mulai besok, 2 minggu ujian. Setelah itu, aku persiapan skripsi.“Kirim,” gumam Max sambil menyikat giginya. “Hm. Beres.”Setelah beberapa bulan di lantai 18, Max sudah terbiasa dengan dua kehidupannya. Sebagai calon penerus yang masih dirahasiakan dan sebagai asisten direktur.Mungkin tepatnya, tiga kehidupan. Sebagai mahasiswa bangkrut yang setidaknya masih punya uang untuk mentraktir teman-temannya.Ponsel Max bergetar lagi. Ia menerima pesan balasan dari Lucas bahwa semua sudah di bawah kendali Lucas. Tidak ada yang perlu Max khawatirkan selama ia menjalankan ujian.Selesai bersiap, Max segera pergi.Minggu pagi ini, Arienna meminta Max untuk pulang. Karena kesibukan barunya sebagai asisten direktur, ia memilih untuk tinggal di Valdrya Residence. Dengan alasan jarak yang lebih dekat dengan kantor.Sekarang, karena sedang ujian, ia memilih tinggal di mansion yang dekat dengan kampusnya.“Mom. Kau mau titip apa nggak?” tanya Max lewat sambungan telepon.Ia menut

“Hey, kau lihat cowok di depan kita!”Max yang tadinya sibuk dengan buku, jadi teralihkan karena bisik-bisik yang tak sengaja terdengar olehnya. Empat orang mahasiswi duduk di belakang Max dan sepertinya sedang membahas tentang dia.“Ah! Yang ada di postingan? Beneran dia? Kayaknya gambarnya nggak jelas deh.”“Ish! Layar ponselmu yang jelek. Orang jelas banget. Dia nyetir Rolls Royce, masuk mansion berhantu itu.”Max terkejut dengan isi obrolan mereka. Karena sedang masa ujian, Max tidak memperhatikan forum kampus akhir-akhir ini.Diam-diam Max mengeluarkan ponselnya dan mengecek unggahan yang dimaksud. Sementara telinganya tetap terbuka, mendengarkan lanjutan pembicaraan mereka.“Supir nggak, sih?”“Bisa jadi.”“Nggak, nggak! Katanya yang posting, dia pas lagi di samping gerbang. Dia dengar kalau penjaga gerbang nyebutnya Tuan Max!”Netra Max membelalak mendengarnya. Ia tak bisa mengingat kejadian kemarin saat melewati gerbang mansion-nya. ‘Ha?! Apa iya ada orang di dekat gerbang k

“Jadi, apa kalian sudah dapat informasi tentang siapa Max sebenarnya?” tanya Alicia sambil mendekat ke pinggir kolam.Ketiga lelaki itu baru saja sampai di kolam renang. Yerhan menggeleng. “Kayaknya mereka sudah dikasih tahu untuk nggak bilang apa-apa ke kita.”Max yang tepat berdiri di belakang mereka pun terkekeh. “Gigih banget cari tahunya.”“Max!” seru Bebby terlihat bersemangat. “Jadi, apa hari ini bakal cerita?”Max tergelak dengan sikap to-the-point Bebby. Ia jelas tak ingin menghabiskan waktu menebak-nebak.Pada akhirnya Max hanya berkata kalau dulu mansion tersebut adalah milik sang ibu. Setelah dia menikah dan memutus hubungan dengan keluarga besar, mansion ini dibiarkan kosong bertahun-tahun. Sampai akhirnya mereka kembali bersama Max.Max tidak berniat menyebutkan keluarga Lou untuk sementara waktu.“Terus, selama menghilang, orangtuamu ke mana, Max?” Alicia terheran-heran.Begitu juga yang lainnya. “Apa mereka nggak kasihan sama kamu? Hidup sendirian seperti itu?”Max ter

“Silakan lewat sini, Tuan Henry!” Max membuka jalan untuk sang kakek menuju area VIP.Henry berjalan santai di samping Max dan Mozart yang menggandeng istrinya. Tidak ada yang tahu kalau Arienna sebenarnya adalah putri dari Henry Lou.Pandangan penuh rasa iri pun seolah menghujam ke arah mereka. Mereka juga penasaran bagaimana keluarga Tandjaya yang diberitakan bangkrut bisa mengundang seorang Henry Lou.Tengah menikmati perhatian dari semua tamu yang datang, Max semakin dibuat terkejut ketika Henry menepuk bahunya.Dengan suara cukup keras, seolah disengaja, pria tua itu berkata, “Bagaimana Mercy yang kuhadiahkan untukmu, Max?!”Suara tarikan napas dari beberapa orang yang berdiri di dekat mereka langsung memenuhi ruang tinggi itu. Mengundang perhatian dari mereka yang berada jauh dari jangkauan suara Henry. Berdampak seperti rantai yang tersambung..“Oh my! Sepertinya hubungan mereka sangat dekat!”“Kau dengar itu?! Mercy! Tuan Lou mengirim Mercy untuk anaknya Mozart!”Menyambung b