บททั้งหมดของ Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya: บทที่ 41 - บทที่ 50

Di ruang tunggu skuad Youth Sinner. Lima menit setelah turnamen publik dimulai, sebelum nama Lian dikumandangkan.“Brengsek!” raung Darren murka.Tak segan ia membanting ponselnya ke lantai. Membuat alat komunikasi itu rusak total. Ia menengadahkan tangan ke arah anak lelaki yang terlihat lebih muda darinya, meminta ponsel baru yang selalu disiapkan.Ia kembali menyalurkan emosinya dengan membantingi semua barang di ruang tunggu itu. “Bisa-bisanya Lian Jokey menolak tawaranku!”“Lantas gimana, Ren?! Kita harus cari solusi!” tanya rekan satu tim lainnya.“Benar! Nggak ada guna kau marah seperti ini!”“Performance kita bakal jomplang banget sama tahun lalu, kalau begini. Dulu kita kan pakai Lian Jokey!”“Guys, sebaiknya kita tetap fokus. Bermain saja santai. Anggap saja kita kali ini hanya bersenang-senang dan memberikan ruang bagi pemenang baru—“Plak!Darren menampar pipi temannya dengan penuh emosi. “Jangan sembarangan kau, Gian! Aku sudah janji pada Tiara untuk mendapatkan hadiah ut

“Gila ya!”“Malu banget nggak sih?!”“Lebih malu Tiara nggak sih?”Bisik-bisik seperti itu terdengar luas di kampus, sore ini. Sepanjang Max berjalan melewati lorong kelas, ia mendapat lirikan maut dari para mahasiswa-mahasiswi.“Itu si Lian yang katanya ngalahin Darren ya?”“Iya! Ternyata dia player legendaris. Sejak SMP dia sudah menang banyak turnamen.”Sejak pengakuannya itu, Youth Sinner masuk dalam daftar hitam. Sama sekali tidak bisa mengikuti turnamen apapun. Dan semua kemenangan yang mereka peroleh dianggap tidak ada.Max sudah memperhitungkan konsekuensinya sejak dulu. Jadi, ia selalu minta dibayar sebelum turnamen berlangsung. Dengan demikian, Max tidak ada hubungannya dengan uang hasil kemenangan turnamen.Lagi pula pialanya tidak diserahkan pada Max, melainkan Youth Sinner.Sampai sore ini, Max belum melihat Tiara. Menurut bisik-bisik yang ia dengar, Tiara mengambil cuti kuliah karena malu dengan apa yang terjadi pada Darren.Setelah kuliah selesai, ia berniat mampir ke k

“Mm.”Max menatap Bebby dengan wajah bersalah.Ia tak menyangka, menolongnya kala itu malah membuat Bebby menerima perlakuan tidak manusiawi dari keluarganya. Terlebih ibu kandungnya sendiri.Max tengah mendengarkan Lucas memberikan informasi terkait perusahaan Monza Play Tech. Sementara Bebby, sudah sekitar satu jam lalu akhirnya terlelap karena kelelahan menerima hasrat Max.“Sejauh ini, hanya itu yang terlihat di depan umum, Tuan muda.” Lucas menutup laporannya. “Beberapa kali mereka mencoba mengungguli Louvz dalam hal aplikasi dan software game, tetapi kami tidak pernah menggubris.”Max mengangguk. “Lucas, kalau aku bilang ada mata-mata di dalam Louvz atau Chovlox, gimana menurutmu?”“Mata-mata?!” Lucas terkejut mendengar kesimpulan Max. “Apa ini juga berhubungan dengan 6 orang yang resign secara bersamaan?”Max mengangguk. “Ada kemungkinan. Walau kecil. Tapi kalau dilihat dari aset yang bisa mereka beli setelah resign, jelas tidak mungkin.”“Ah ... benar juga. Kalau begitu, akan

“Selamat malam, Tuan Max!” sapa Albert sopan. “Selamat datang!”Setelah menyelesaikan kelas sorenya, Max segera meluncur menuju kediaman Henry. Ia ingin menyelesaikan apapun yang membuat sang kakek marah besar.Max mengangguk sebagai respon dari sapaan itu. Namun, ia sudah terlalu panik untuk membalasnya dengan lisan.“Paman, apa benar Grandpa marah besar?”Albert yang tadinya sudah berbalik akan mengantar Max ke ruang kerja Henry, kembali memutar tubuhnya untuk menjawab Max.Ia terlihat menilai raut wajah Max sebelum akhirnya menjawab, “Apa Anda butuh waktu untuk menenangkan diri sebelum bertemu Tuan besar?”Max mengepalkan tangan. Roda otaknya terus bergerak mencari tahu, apa ada hal terlewat yang tidak ia sadari membuat seorang Henry marah besar?Ia tak mendapatkan apapun, setelah mencoba merunut lagi kehidupannya setelah kembali ke keluarga Lou.Apa karena ia membuat Laras tinggal gratis di ruko yang dibelinya? Atau karena ia membelikan Bebby apartemen?Max mengeluarkan erangan pe

“Demikian laporan dari Louvz Finance&Security, Mr. Henry.”Henry mengangguk, menerima laporan yang mengakhiri seluruh topik utama rapat.Selanjutnya, para tetua akan memberikan masukan dan arahan untuk hal-hal yang mereka anggap perlu dipertahankan atau lebih ditingkatkan lagi.“Lonjakan keuntungan Louvz Tech cukup signifikan bulan lalu.” Salah satu dari tetua itu mengamati Lucas dan Max bergantian. “Apa ada yang menjadi alasan di balik itu?”Berniat menjawab, Lucas pun berdiri dan membungkuk sedikit. “Chovlox membeli game dari seorang mahasiswa dengan nama samaran Lian, Tuan Ferran.”Shock terlihat dari wajah-wajah mereka yang tahu siapa orang dibalik nama Lian. Termasuk Henry yang tak sengaja mengetahuinya.Buyut keluarga Ferran itu menaikkan salah satu alisnya. “Hanya karena game itu?”Lucas mengangguk. “Benar Tuan. Karena game tersebut ramai dimainkan bukan karena plot yang menarik saja. Bahkan suvenir karakternya laku dipasaran dengan harga tinggi. Kami juga sudah memproses agar