All Chapters of Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku: Chapter 511 - Chapter 520

Berjalan dengan perut yang sudah kenyang. Tiga wanita itu selesai menikmati hidangan sup seafood yang menyegarkan. Setelah berenang dan kedinginan, mereka mengisi perut dengan memakan sup. Sungguh, sangat mantap. “Bagaimana dengan keadaan tante Sofi?” tanya Meta. “Orang-orang di sini tidak semuanya waras. Jika mereka tahu aku hamil, mereka akan menggunjing tujuh hari tujuh malam.” “Aku sudah memastikan lukanya tidak parah. Kalau ada keluhan lain aku menyuruh untuk cepat memberitahuku. Tante Sofi tidak memberitahuku apapun, jadi dia mungkin baik-baik saja.” “Hidup di pedesaan seperti ini memang terlihat sepi dan nyaman. Tapi, dibalik itu ada harga yang harus dibayar. Kedamaian diri sendiri. orang-orang desa sering sekali mengurusi urusan orang lain.” “Kalau ada masalah sedikit saja, mereka akan langsung menggunjiing tidak karuan. Lalu parahnya mereka bisa ikut campur.” Sheril menggeleng pelan. Bersindekap santai. memakan donat yang berada di tangannya. Tubuh boleh kec

“Kalian pergilah,” ucap James lagi. “Ingat, kami akan kembali lagi lusa.” Mereka akhirnya pergi. Dua mobil itu sudah pergi. Meta mengusap wajahnya kasar. “Bagaimana bisa wanita jalang itu tega membiarkan rumah ini sampai di sita.” “Sial.” Meta berkacak pinggang. “Kita cari jalan keluarnya sama-sama.” Eve mengusap bahu Meta. “Ada jalan lain selain membayar?” tanya Eve. “Bunganya jelas tidak masuk akal,” ucapnya pada James. “Tidak ada.” James menggeleng. “Aku tahu betul bagaimana cara kerja rentenir di sini. Apalagi rentenir itu cukup kuat. Harus membayar jika ingin sertifikat rumah kembali.” “Di sini.” menunjuk surat perjanjian. “Kalian hanya punya waktu satu hari saja. jika kalian tidak bisa membayar hutang itu, rumah ini akan benar-benar dimiliki oleh mereka.” Meta mundur—duduk dengan lemas di atas kursi. Sheril mendekat. “Tidak papa. kami akan membantumu. Jangan terlalu dipikirkan. Kami akan membantumu sampai kau mendapatkan sertifikat rumah ini kembali.” Meta men

“Aku pergi dulu. nanti kita bicara lagi kenapa kamu bersama bajingan itu.” Bastin mengecup pipi Eve singkat. Setelah itu keluar. menghampiri teman-temannya yang sudah menunggunya. Sheril masuk ke dalam mobil. Bersama Eve ia akan menunggu di luar, seperti kata James. mereka semua tidak bisa ikut ke dalam. Lebih baik pria saja dan Meta yang memiliki urusan. Bastian mengikuti James—meski ia was-was. Tidak bisa berpikiran bagus mengenai pria ini. Bisa saja, James bekerja sama dengan rentenir di sini untuk memeras. Setelah menaiki tangga, mereka sampai di sebuah pintu. Pintu yang tentunya dijaga oleh orang lagi. Bastian berkacak pinggang. melihat James yang berbicara dengan preman di sana. Setelah itu pintu dibuka. Di sanalah sebuah kantor beroperasi. Melewati orang-orang yang sedang sibuk dengan komputer. Mereka berjalan sampai tiba di sebuah ruangan. “Akhirnya aku bertemu denganmu,” ucap si bos rentenir. Tertera nama ‘Gilman.’ Mendekat dan hendak memeluk James.

James terdiam sesaat. Menimbang ajakan Bastian. “Tidak—” namun perutnya berbunyi. Sialan, perutnya tidak bisa diajakan berkompromi. Rencananya ia akan sarapan bersama ibunya di pasar. Tapi karena dirinya tiba-tiba di sini jadi tidak sempat makan. “Ikut saja.” Ernando berbicara. “Aku juga membencimu tapi aku harus berterima kasih padamu.” Membuka pintu untuk Meta. Meta tidak langsung masuk. “Ikutlah dengan kami. Aku akan memastikan Ernando tidak banyak bicara padamu,” ucapnya. Ernando menatap Meta—mengerjap pelan. tidak berdaya ingin membantah. Akhirnya James ikut mereka. di sebuah restoran terdekat. Tapi yang sibuk makan hanyalah para pria saja. Tapi diantara tiga perempuan yang sudah makan. ada satu wanita yang nampaknya tidak pernah kenyang. Sheril, tubuhnya yang palin kecil. Tapi makan yang paling banyak. Bahkan sup, nasi beserta donut itu tidak bisa membuat perutnya kenyang lebih lama. “Apa semua rentenir seperti itu?” tanya Bastian. “Maksudku mereka bi

“Kenapa kau selalu terlibat dengan laki-laki lain?” tanya Bastian. “Kau tahu sendiri aku dari dulu sangat posessive. Tapi dari dulu juga kau selalu berurusan dengan banyak laki-laki?” Eve mengernyit—kemudian mundur. Memberi tubuh mereka jarak. “Pria yang dekat denganku tidak pernah menjalin hubungan denganku. Aku hanya menganggap mereka semua teman. Seperti saat aku bersama Ernando, Willie, Vando dan Brayson. Mereka juga semua pria, Bas.” “Aku tidak pernah berpikir bahwa aku bisa berselingkuh dengan pria yang dekat denganku,” jelas Eve. Eve mengusap dahinya. “Kenapa kau mengungkit hal ini lagi? kau sudah berjanji akan mempercayaiku.” “Ini sulit, Eve. sangat sulit. Aku tidak bisa berhenti berpikiran buruk saat kau berdekatan dengan pria lain,” balas Bastian. “Maka dari itu aku menyuruhmu untuk tidak usah berdekatan dengan pria lain.” Eve berdiri dari duduknya. “Aku tidak pernah berdekatan. Dengan James? aku hanya berbicara seperlunya. Dengan Aldo? Aku tidak akan berbi