Begitu nama Mahesa mengalun di udara, wajah Nadira mengeras seperti batu karang diterpa gelombang.Matanya menajam, bibirnya menipis. "Langsung ke intinya saja. Kalau tidak, angkat kaki," ucapnya dingin, suaranya nyaris berdesis.Di sisi lain layar, Tama tertawa kecil, santai seperti biasa, nyaris menyebalkan. "Baiklah, kita ke bisnis."Jemarinya mengetuk-ngetuk tablet di pangkuannya, menciptakan ritme lembut yang terasa ironis. "Aku gali semua data tentang... perempuan sialan itu. Mantan suamimu ternyata cukup seru buat diulik."Layar menunjukkan kilatan data yang bergerak cepat. Tama melirik sekilas sebelum mengirimkan file itu."Datanya sudah aku kirim. Silakan dinikmati. Aku mau tidur, dari tadi pagi sudah kelayapan," katanya, meregangkan badannya seolah baru selesai olahraga ringan.Nadira membuka file itu, matanya menyusuri halaman demi halaman dengan cepat. Riwayat perjalanan luar negeri, rekam medis yang tebal, hingga dok
Terakhir Diperbarui : 2025-07-02 Baca selengkapnya