Semua Bab Tabib Kesayangan Tuan Jenderal : Bab 21 - Bab 30

Di kantor pemerintahan, di dalam ruang obat kekaisaran.Jiwenhu sedang mencatat laporan bahan obat yang masuk ke gudang penyimpanan di Kerajaan. Dibukanya lembaran kertas di meja satu-persatu. Jiwenhu juga memeriksa daftar pasien di Kerajaan. Selama ini tugas Jiwenhu hanya melayani Raja Yu.“Catatan obat-obatan ini cukup untuk jatah selama satu tahun lebih, aku akan mencatat lalu melaporkan obat yang tidak digunakan selama beberapa bulan. Bahan-bahan ini bisa kadaluarsa kalau tidak segera dipakai. Kalau mengirimkan ke pos penjaga prajurit mungkin masih bisa dipakai.” Gumamnya sambil mencatat bahan-bahan obat yang akan dikemas oleh pelayan yang membantunya.“Kalian kemas obat-obatan ini, aku akan meminta penjaga mengirimnya ke luar Ibu Kota!” perintahya pada pelayan.“Baik, Tabib Hu.”Kasim Wang masuk ke dalam ruangan, dia melihat Tabib Hu sedang sibuk mengurus sesuatu.“Tabib Hu,” panggilnya.“Kasim Wang?”“Yang-mulia memanggilmu untuk segera menghada

Pada keesokan harinya, rencana Dania untuk pergi menemui tabib di Gunung Timur sebenarnya sudah Dania batalkan karena semalam dia sudah bertanya pada Chang An. Menurutnya jika tetap pergi ke sana maka dia juga tidak akan mendapatkan hasil apa pun mengingat Chang An tidak memiliki jawaban yang ingin Dania tanyakan.Dania melamun sambil duduk menikmati sarapannya. Juan dan Butai juga duduk di sana, kedua kakak Waning tidak ada yang berani membuka kata. Jiwenhu berniat mengatakan titah dari Raja Yu pada Waning, tapi dia ragu dan cemas kalau Waning akan menyalahkannya. Dania sejak tadi menyuap makanan sambil melirik ke arah Jiwenhu, ayah Waning sepertinya sedang menghadapi masalah.“Ayah? Ada yang ingin Ayah katakan padaku?” tanyanya.“Ti-tidak ada! Kamu makan saja, Ayah akan berangkat ke kerajaan, banyak bahan obat yang harus Ayah periksa! Ayah sangat sibuk dan akan pulang larut!” ujarnya seraya berdiri dari kursinya.Baru berjalan beberapa langkah menuju ke r

“Nona bisa memahami isinya? Leluhur kami bilang suatu hari jika menemukan reinkarnasi dari Dewi Bulan kami harus menunjukkan semua catatan di sini.” Kakek Sutangji tersenyum lega melihat Dania sepertinya bisa membaca isi catatan yang ditinggalkan nenek dan kakek moyang leluhur mereka.“Ya, Dewi Bulan meninggal karena pertempuran sengit dari Klan iblis dan Klan Siluman, tapi di sini tertulis Permaisuri dari Dewa Tinggi Chang An?” Dania mengerutkan keningnya.“Dewi Bulan memang permaisuri Dewa tinggi Chang An.”Sutangji mendengarnya, entah kenapa dia merasa tidak tertarik lagi untuk mendengar kisah tersebut lebih lanjut dan memilih keluar dari dalam ruangan lalu duduk di luar ruangan persembahan leluhur.“Lalu? Apakah mereka menikah dan punya anak?” tanya Dania pada kakek Sutangji.Kakek Sutangji menggelengkan kepalanya. “Mereka berdua adalah pemimpin Kota alam Dewa, mereka tidak memiliki keturunan. Semenjak kejadian waktu itu gerbang Alam Dewa lenyap dan Klan Ibli

Dania terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Pak Tua Chang An. Sudah lebih dari satu jam lamanya Dania duduk di kursi dalam ruangan kerjanya. Tidak terasa hari sudah sore dan Dania masih sibuk membaca aneka jenis ramuan obat yang tertera dalam buku. “Banyak sekali ramuan yang diciptakan olehnya. Buku ini adalah jilid satu, artinya masih ada buku jilid lainnya?” gumam Dania pada dirinya sendiri. Meski sudah membacanya berulang kali jenis-jenis bahan obat yang digunakan untuk membuat ramuan dalam buku kuno tersebut rasanya tetap sangat asing bagi Dania. “Ah, terserahlah! Aku tidak mengerti meski sudah membacanya lebih dari sekali. Jenis-jenis tumbuhan yang tertulis di sini bahkan tidak ada di zaman ini, apalagi di zaman modern? Juga sama sekali tidak pernah mendengarnya!” Dania menyandarkan kepalanya di sandaran kursi lalu menutupi wajahnya dengan catatan ramuan buku kuno tersebut. Dania merasa sangat mengantuk dan tertidur. Di dalam

***Tidak hanya Guwenki yang mendapatkan tugas untuk pergi ke wilayah Perbatasan Kota Utara, beberapa pemuda dan pemudi yang ingin mengembangkan prestasi juga diperbolekan untuk ikut serta, mereka bisa mendaftar untuk ikut pergi ke wilayah perbatasan Kota Utara sebagai ujian kelayakan kenaikan tingkat jabatan dan prestasi di pemerintahan. Dalam daftar nama yang tertulis hari ini nama Yulia juga tercantum di sana. Yulia tidak pernah tertinggal dalam masalah rumor yang beredar di seluruh penghuni Ibu Kota, bahkan masyarakat yang dulunya selalu mencela dan menjelek-jelekkan Waning dan hanya memuji Yulia mereka tiba-tiba membicarakan pernikahan antara Waning dengan Jenderal Agung Sutangji. Yulia pikir Waning dulunya hanya tertarik untuk menggoda Putra Mahkota, tidak disangkanya juga diam-diam menggoda Jenderal Agung Sutangji.Di dalam kamar Yulia, pelayan yang bertugas mengikutinya ke mana pun sedang menghadap pada Yulia.“Nona Ke Dua, ini teh dan juga kudapan malam.” P