All Chapters of Gairah Panas Atasan Mantan: Chapter 301 - Chapter 310

“Mereyyyyy,” teriak Raja.Raja sempat berdiri mematung sejenak sebelum instingnya mengambil alih. Jantungnya berdetak kencang, nyaris menyesakkan dada ketika matanya menangkap tubuh Merry yang tergeletak tak bergerak di lantai dekat meja makan. Waktu terasa melambat, suara-suara di sekitarnya menghilang, digantikan oleh deru panik yang menggema di telinganya. Luka di wajahnya yang masih terasa perih seolah tak berarti apa-apa. Yang ada di kepalanya menyelamatkan Merry.Langkah kakinya terasa berat pada awalnya, namun adrenalin membuatnya bergerak cepat. Ia berlari menuju Merry, lututnya langsung menghantam lantai keras ketika ia merengkuh tubuh perempuan itu ke dalam pelukannya. Tangannya gemetar ketika merasakan betapa dinginnya kulit Merry. Rasa takut yang mengoyak dadanya membuat pikirannya berputar cepat, mencari cara agar Merry bisa segera mendapatkan pertolongan. Luka lebam di wajahnya berdenyut-denyut, tetapi ia tidak peduli.Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Raja mengangkat

Setelah mobil berhenti di parkiran apartemen, Dandi segera menoleh ke arah Raja dan Merry. Ia memastikan semuanya baik-baik saja sebelum benar-benar pamit. Tubuhnya terlihat lelah, tapi ia tetap memberi senyum kecil untuk menenangkan suasana. “Aku pulang dulu, ya. Kalian jaga diri,” ucapnya singkat sebelum melangkah pergi. Raja mengangguk. Dia tahu anak buahnya harus banyak istirahat, karena dalam beberapa hari ke depan Dandilah yang seorang diri akan lebih banyak mengurus perusahaan.Kini apartemen itu terasa lebih tenang. Hanya ada Raja, Merry, dan bibi Merry. Bibi Merry—wanita paruh baya yang wajahnya penuh gurat keibuan—berdiri di dekat dapur, memperhatikan keduanya dengan tatapan yang campur aduk antara cemas dan lega. Setelah kejadian hari ini, ia tidak ingin terjadi sesuatu lagi.Raja berdiri agak kaku. Luka di wajahnya masih memerah, namun ia mengabaikan rasa perih itu. Pikirannya hanya fokus pada Merry dan dua bayi yang dikandung perempuan itu. Ia berjalan mendekati bibinya

“Ya ampun, Mama seneng banget. Mau nelpon adiknya Raja dulu ah, pasti senang banget bakalan punya keponakan kembar,” ucap Nayla penuh semangat. Wajahnya terlihat begitu berbinar, matanya menoleh ke arah Raja dan Darren yang masih berdiri tidak jauh dari tempatnya. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja, jemarinya lincah mencari kontak yang dimaksud.Sebelum menekan tombol panggil, Nayla melirik ke arah suaminya dan putranya, lalu berkata santai, “Ngapain masih di sini, orang berita bahagianya sudah selesai. Sana… sana, pergi-pergi sana,” ucapnya sambil mengibaskan tangannya dengan gerakan menyuruh.Darren dan Raja saling pandang. Mereka sama-sama memutar bola mata malas, tetapi tanpa protes lebih lanjut, keduanya kembali berjalan menuju balkon apartemen Raja. Suara langkah mereka terdengar pelan menjauh, memberi ruang bagi Nayla untuk menelepon.Telepon tersambung, dan segera terdengar suara Kayla di seberang. Suaranya terdengar nyempreng dan ceria, membuat Nayla refleks tersenyu

“Apa perlu Daddy turun tangan untuk mencari tahu orang yang telah memasukkan obat perangsang ke minumanmu, Boy?” Tanya Darren.Raja menggeleng, “Raja sudah sewa Intelijen, Dad. Beri dulu dia kesempatan untuk kebenarannya. Kalau dalam waktu 1 minggu dia tidak berhasil baru Raja akan minta tolong sama Daddy,” ucapnya “Kamu gak bisa membiarkan dirimu di pojokkan seperti ini oleh Margaretha dan keluarganya, Boy. Orang-orang berhak tahu kenapa kamu seperti itu. Tapi kalau kamu terlalu lama diam maka semua orang akan menyudutkanmu dan mendukung Margaretha. Daddy tahu kamu sangat mencintainya, tapi please, jangan sampai korbankan harga dirimu hanya karena cinta. Jangan biarkan harga dirimu diinjak-injak seperti ini, apalagi saat dipukul kamu tidak melawan. Daddy nggak bisa menyalahkan kamu karena menghamili perempuan lain di saat kamu masih mempunyai kekasih, tapi ini musibah. Musibah yang dibuat oleh orang yang iri padamu. Jadi mereka tak bisa menyudutkanmu seperti ini,” Darren masih tak t

Setelah bicara dengan anaknya, Darren memilih untuk pergi ke kantor Atmaja Group cabang New York. Meski baru tiba beberapa jam sebelumnya, ia merasa perlu mengendalikan urusan perusahaan dari luar negeri. Selain itu, ia juga berniat menggantikan posisi Raja untuk hari ini karena besok putra sulungnya itu sudah mulai kembali bekerja. Keputusan itu ia ambil agar Raja bisa beristirahat dan mempersiapkan diri menghadapi situasi sulit yang tengah berlangsung.“Aku pergi dulu ya, sayang,” pamit Darren sambil merapikan jasnya.“Emangnya sopir sudah datang, Mas?” tanya Nayla sambil menoleh ke arah suaminya.Raja, yang duduk tidak jauh dari mereka, langsung menjawab sebelum Darren sempat bicara. “Sopir sudah menunggu di lobi, Ma. Barusan dia telepon,” ujarnya menjawab pertanyaan sang mama.Nayla mengangguk pelan. Ia paham Darren tak bisa menunda pekerjaan meski perjalanan mereka baru saja usai. “Ya sudah, hari ini aku izinkan dirimu pergi untuk bekerja. Tapi jangan harap besok aku mau untuk ti