Pagi itu, setelah memastikan Savana baik-baik saja setelah mual hebat beberapa jam yang lalu, Daryan mengambil jasnya dan berjalan ke pintu. Ia menatap Savana yang mengikutinya dan kini berdiri di hadapannya sambil memegangi kusen pintu. “Aku berangkat dulu, Sayang. Kamu jangan lupa sarapan nanti, ya?” ucap Daryan, suaranya lembut. Savana tersenyum manis, meski wajahnya masih terlihat sedikit pucat. “Iya, hati-hati di jalan ya, Mas.” Daryan membalas senyum itu, lalu mengecup sudut bibir istrinya sebentar sebelum benar-benar melangkah pergi. Savana memandangi punggung suaminya hingga menghilang di balik pintu lift. Begitu pintu tertutup, Savana menarik napas panjang, lalu menutup pintu penthouse dan berjalan menuju ruang kerja suaminya. Ia menyalakan laptop, membuka dokumen tugas kampus yang belum selesai. Baru beberapa menit berkutat di atas laptop, suara ketukan pelan di pintu ruang kerja membuatnya menoleh. Minah muncul di ambang pintu, wajahnya tampak ragu. “Non, maaf ganggu.
Last Updated : 2025-07-29 Read more