Home / Rumah Tangga / Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan / BAB 134 : MENODAI KELUARGA

Share

BAB 134 : MENODAI KELUARGA

Author: Langit Parama
last update Huling Na-update: 2025-07-28 08:00:52

"Mas ...?"

Savana menoleh cepat ke arah Daryan, mengalihkan perhatian dari tatapan tajam ibu mertuanya. Tanpa suara, ia menggenggam tangan Daryan lebih erat, seolah ingin menegaskan bahwa ia ada di sisinya.

Daryan menunduk menatap sang istri, mencium kening istrinya lalu berbisik, “Duduk dulu, aku akan kembali.”

Savana mengangguk pelan dan berjalan menuju salah satu meja tamu yang kosong. Beberapa pasang mata masih menatap mereka dengan bisik-bisik pelan yang tak bisa dihindari. Tapi Savana mencoba tetap tenang, meski jantungnya berdegup cepat.

Sementara itu, Daryan melangkah menghampiri ibunya yang masih berdiri terpaku di dekat meja minuman. Pelayan yang tadi baru saja membereskan pecahan gelas kaca hasil ulah Ajeng, segera pergi begitu Daryan mendekat.

"Apa maksudnya hamil, Daryan?" tanya Ajeng tajam, suaranya hampir bergetar, entah karena emosi atau terkejut.

Daryan berdiri tegak, ekspresinya dingin namun penuh kontrol. “Apa maksud dari pertanyaan itu, mama? Haruskah hal sep
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mutaharotin Rotin
laaannjjuut thor, kasih Ajeng karna biar tau rasa
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 136 : DIDATANGI AJENG

    Pagi itu, setelah memastikan Savana baik-baik saja setelah mual hebat beberapa jam yang lalu, Daryan mengambil jasnya dan berjalan ke pintu. Ia menatap Savana yang mengikutinya dan kini berdiri di hadapannya sambil memegangi kusen pintu. “Aku berangkat dulu, Sayang. Kamu jangan lupa sarapan nanti, ya?” ucap Daryan, suaranya lembut. Savana tersenyum manis, meski wajahnya masih terlihat sedikit pucat. “Iya, hati-hati di jalan ya, Mas.” Daryan membalas senyum itu, lalu mengecup sudut bibir istrinya sebentar sebelum benar-benar melangkah pergi. Savana memandangi punggung suaminya hingga menghilang di balik pintu lift. Begitu pintu tertutup, Savana menarik napas panjang, lalu menutup pintu penthouse dan berjalan menuju ruang kerja suaminya. Ia menyalakan laptop, membuka dokumen tugas kampus yang belum selesai. Baru beberapa menit berkutat di atas laptop, suara ketukan pelan di pintu ruang kerja membuatnya menoleh. Minah muncul di ambang pintu, wajahnya tampak ragu. “Non, maaf ganggu.

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 135 : BUMIL BIKIN PANIK

    Setelah membersihkan diri dari pesta malam itu, Savana mengenakan piyama satin warna gading yang lembut membalut tubuh mungilnya. Ia duduk di depan cermin meja rias yang terletak di dalam wardrobe, sambil mengaplikasikan rangkaian skincare. Wajahnya terlihat tenang, tapi matanya menyimpan sesuatu. Cermin di depannya memantulkan bayangan seorang wanita yang tengah berpikir keras. Pintu wardrobe terbuka perlahan, dan langkah kaki berat yang tak asing terdengar mendekat. Daryan datang dari belakang punggungnya, mengenakan kimono tidurnya yang berwarna navy. Ia memeluk istrinya dari belakang, dagunya bertumpu di bahu Savana yang kecil. “Mikirin apa, hm?” bisiknya pelan, suaranya berat, serak dan hangat. Savana menarik napas pelan. “Kepikiran mama kamu, mas.” Daryan mengerutkan kening, lalu mengecup pipi istrinya dengan lembut. “Gak usah dipikirin. Gak baik buat bumil stres.” Savana menatap cermin, lalu menunduk sedikit. “Aku ngerasa … jadi menantu durhaka, mas.” Daryan berdiri teg

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 134 : MENODAI KELUARGA

    "Mas ...?" Savana menoleh cepat ke arah Daryan, mengalihkan perhatian dari tatapan tajam ibu mertuanya. Tanpa suara, ia menggenggam tangan Daryan lebih erat, seolah ingin menegaskan bahwa ia ada di sisinya. Daryan menunduk menatap sang istri, mencium kening istrinya lalu berbisik, “Duduk dulu, aku akan kembali.” Savana mengangguk pelan dan berjalan menuju salah satu meja tamu yang kosong. Beberapa pasang mata masih menatap mereka dengan bisik-bisik pelan yang tak bisa dihindari. Tapi Savana mencoba tetap tenang, meski jantungnya berdegup cepat. Sementara itu, Daryan melangkah menghampiri ibunya yang masih berdiri terpaku di dekat meja minuman. Pelayan yang tadi baru saja membereskan pecahan gelas kaca hasil ulah Ajeng, segera pergi begitu Daryan mendekat. "Apa maksudnya hamil, Daryan?" tanya Ajeng tajam, suaranya hampir bergetar, entah karena emosi atau terkejut. Daryan berdiri tegak, ekspresinya dingin namun penuh kontrol. “Apa maksud dari pertanyaan itu, mama? Haruskah hal sep

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 133 : AJENG KAGET SAVA HAMIL

    Malam turun perlahan, menyelimuti langit dengan taburan cahaya temaram dari gedung-gedung tinggi. Di dalam penthouse yang hangat, aroma parfum lembut melayang di udara. Savana berdiri di depan cermin, mengenakan gaun mewah warna maroon panjang selutut. Perutnya masih rata, tapi matanya sudah bersinar berbeda. Daryan muncul dari balik pintu, mengenakan setelan jas berwarna senada—maroon gelap yang dipadukan dengan kemeja hitam dan dasi kupu-kupu. Rambutnya disisir rapi, tapi pandangannya langsung tertuju pada wanita yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Savana menyadari kehadirannya, menoleh pelan sambil tersenyum manis. “Aku terlalu mencolok gak, mas? Gak kelihatan kayak mau kondangan sendirian, kan?” Daryan mendekat, menatap istrinya lewat pantulan cermin. Tangannya meraih pinggang Savana, memeluknya dari belakang. “Kamu kelihatan seperti hadiah yang belum sempat aku buka,” bisiknya di telinga Savana, suara beratnya serak dan penuh godaan. “Aku khawatir kamu dilihatin ban

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 132 : COUPLE-AN

    Savana duduk bersila di sofa, senyumnya sudah berbunga-bunga. Di meja, ada kue tart berukuran sedang dan bertuliskan 'Selamat Ulang Tahun Mama, dari anak kesayangan!' dengan lilin yang baru saja ditiup. Hana duduk di sebelahnya, masih memegangi buket bunga yang tadi diberikan Savana. Matanya masih merah karena haru, tapi senyumnya tak pudar. Daryan duduk bersandar di sandaran sofa, sambil memperhatikan sang istri yang tengah memotong kue tart di hadapannya. Savana memotong sepotong kecil cake dan menyuapkannya ke Hana. “Harus mama yang makan duluan. Yang ulang tahun kan mama, tapi yang paling heboh anak mama.” Ia terkikik geli setelahnya. Hana tertawa sambil menerima suapan. “Enak banget. Kamu yang buat sendiri?” Savana menggeleng. “Pesen di bakery langganan aku. Tapi hiasannya aku request khusus buat mama.” Hana mengusap lembut rambut Savana. “Terima kasih ya, Nak. Bukan cuma kuenya, tapi kehadiran kamu di hidup mama juga hadiah ulang tahun terbaik. Apalagi ada calon cucu.” Da

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 131 : MERAYAKAN ULTAH HANA

    Lampu kamar diredupkan. Savana sudah tertidur pulas di samping Daryan, wajahnya tenang, satu tangannya diletakkan di atas perutnya yang masih datar. Napasnya teratur. Daryan menyandarkan punggung ke kepala ranjang, masih terjaga. Ponsel di tangannya menampilkan halaman toko online—ia sedang serius memilih sesuatu sebagai hadiah. “Kalung berlian atau jam tangan klasik ya? Atau bunga segar ditambah surat tulisan tangan?” Ia bergumam pelan, lalu menyimpan salah satu gambar hadiah ke favorit. Matanya sempat melirik ke Savana. Ia tersenyum tipis. “Hadiah buat mama mertua karena udah melahirkan bidadari cantik dan sebaik kamu untuk aku.” Tiba-tiba, Savana menggeliat pelan. Ia memutar badan, masih setengah sadar, dan merangkul pinggang Daryan dari samping. “Engh ... Mas ....” lenguhnya samar, suara mengantuk. Daryan refleks mematikan layar ponsel dan menaruhnya di meja nakas. Ia cepat-cepat membalas pelukan Savana, tangannya membelai rambut panjangnya lembut. “Iya, Sayang. Aku di sin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status