*"Ada masalah apa, Mas?" tanya Iqdam tiba-tiba, menghampiriku dan ikut duduk di teras samping sambil menyalakan rokoknya.Malam ini udara terasa berat. Seusai pemakaman Dokter Andreas, waktu sudah terlalu larut. Melati meminta adiknya menginap, apalagi keponakannya belum puas bermain dengan sang om.Namun, tanpa diduga, adik iparku itu malah bertanya seperti itu.“Enggak ada. Santai saja...” jawabku, berusaha terdengar biasa.Bukan karena tak ingin berbagi, tapi aku tahu, kalau Iqdam tahu ada masalah, biasanya Melati yang justru akan ditegurnya. Bukan diberi penguatan. Dan aku tidak tega melihat istriku disudutkan, apalagi dalam kondisi seperti sekarang.“Melati makin kekanak-kanakan, Mas. Mas Bian pasti capek menghadapinya.” Iqdam menyela, seperti menegaskan keresahannya.“Dia amnesia, Dam. Bukan sengaja bersikap begitu.”“Kalau begitu, biar aku yang bicara padanya. Tidak sopan sekali mengunci kamar, bahkan tidak mengizinkan Mas Bian masuk,” ucapnya, kini terdengar kesal.Aku menata
Last Updated : 2025-09-18 Read more