Langkah kaki Samuel menggema di lorong kantor pagi itu, rapi, tegas, penuh wibawa seperti biasa. Ketika dia melintas, beberapa staf buru-buru berdiri dan memberi hormat.“Pak, kita ada meeting hari ini,” sapa Saski, sekretaris pribadinya, sambil menyusul langkah besar Samuel.Seperti biasa, setiap pagi Saski akan melaporkan jadwal Samuel untuk hari itu, mengingatkan dan menyesuaikan jadwal.“Hm.” Samuel menoleh sekilas. “Pukul berapa?“Pukul sepuluh.”“Saya hanya bisa hadir di dua puluh menit pertama, setelah itu kamu bisa lanjutkan sampai selesai," jawabnya cepat sambil merapikan kancing jasnya.“Siap, Pak.”Hari ini bukan hari biasa. Samuel sudah menunggu momen ini sejak lama—hari di mana dia bisa ikut serta menentukan masa depan anaknya, Juang. Dia dan Arsila akan mendaftarkan sekolah untuk putra mereka. Meskipun Arsila belum sepenuhnya siap, Samuel bersikeras. Dia ingin Juang mulai mengenal dunia luar, belajar bersosialisasi, punya teman, belajar berbagi.Tepat pukul sepuluh, Sam
Terakhir Diperbarui : 2025-06-26 Baca selengkapnya