Satu Tahun Kemudian..."Juang, ayo kamu bisa, Nak. Kamu hebat, anak Mama pasti bisa."Suara lembut Arsila menggema di antara pepohonan taman yang rindang. Matahari pagi menyinari rerumputan dengan hangat, dan embusan angin membawa aroma segar dari bunga-bunga liar yang mekar di sudut taman.Arsila seperti seorang suporter bola saja, dia terus berteriak dengan begitu heboh.Anak kecil berambut ikal dan bermata bulat itu terkikik pelan, berdiri dengan kaki mungilnya yang masih agak goyah. Juang, buah hati Arsila, tampak begitu riang setiap kali kaki mungilnya menyentuh rumput.Dia memang agak lambat belajar berjalan, bukan karena ada gangguan fisik, tapi lebih karena sifat manjanya yang selalu ingin digendong. Terutama oleh Bu Liana, yang kini duduk tidak jauh dari mereka, memandangi dengan tatapan teduh.Bu Liana memang sangat memanjakan Juang, segala jenis mainan dibelikan untuk Juang. Beliau tidak sayang dengan uangnya untuk menyenangkan Juang. "Juang, ke sini, Nak. Jalan ke Mama,
Terakhir Diperbarui : 2025-06-20 Baca selengkapnya