Mata Jebran melebar dipenuhi kemarahan bercampur takut, lalu dia mengayun lengannya dengan kuat. Punggung tangannya mendarat di wajah Sari begitu keras hingga giginya berhamburan di atas lantai.Tubuh ramping Sari terhempas ke lantai, terkulai tak berdaya bagaikan boneka usang."Aku minta maaf sebesar-besarnya, Pak Alvaro," ucap Jebran terbata-bata, suaranya bergetar diliputi ketakutan."Sari itu keponakanku. Dia ceroboh, bodoh, tak tahu kapan harus menutup mulutnya yang berbisa itu. Percayalah, aku akan mengajarinya sopan santun."Tubuh Jebran gemetar, khawatir Alvaro meledak bagai bom, lalu meluapkan amarah karena sahabatnya telah diculik.Dengan darah menetes dari mulutnya yang remuk, Sari menatap Jebran dengan pandangan penuh perlawanan, hendak membuka bibir untuk protes.Namun, sebelum sepatah kata pun terucap, Jebran sudah menghantamkan tendangan brutal ke wajahnya."Kau nggak bisa menutup mulut busukmu itu walau cuma sedetik, hah?""Tenang saja Jebran, aku nggak menendang anjing
Read more