Malam itu diselimuti keheningan yang dalam dan melelahkan. Keheningan yang memberi tahu Alvaro bahwa sudah waktunya menutup klinik dan beristirahat.Dia bersandar, merasakan beratnya hari yang menekan pundaknya, siap mengunci pintu dan mengakhiri hari.Tapi tiba-tiba, pintu depan terhempas terbuka, menghancurkan keheningan.Jasmin terhuyung masuk, matanya membelalak panik, rambutnya kusut berantakan, dan napasnya tersengal-sengal penuh keputusasaan.Di meja resepsionis, Joselin sontak berdiri, kursinya berderit keras menyeret lantai."Bu Jasmin, apa yang kau ...?" Joselin terperanjat.Namun, Jasmin mengabaikannya, pandangannya langsung terkunci pada Alvaro."Alvaro!" teriaknya, sambil berlari dan langsung memeluknya. "Aku nggak bisa pergi ke tempat lain, aku nggak mau! Cuma kau yang bisa menolongku. Kumohon!"Di belakangnya, Febrian menerobos masuk, dasinya longgar dan wajahnya pucat basah oleh keringat. Dia dengan cepat menyapu pandangan ke sekeliling, napasnya tersengal-sengal."Alva
Read more