Keesokan harinya, berita utama berkumandang di seluruh kota.Jebran Kasmir, gubernur Kota Verma, beserta istrinya Lela, kakak perempuannya Bonny, dan lima dokter, semuanya tewas karena racun.Berita itu menyebar ke seluruh negeri bagai api yang berkobar.Karena racun di tubuh mereka begitu mematikan, pemakaman tidak mungkin dilakukan. Tidak ada peti mati terbuka.Tidak ada upacara berkabung. Jenazah dikremasi dengan cepat, abunya diangkut, dihapus dari tanah.Di salah satu kapal pesiar besar milik keluarga, Melisa berdiri di haluan bersama Alvaro di sampingnya.Laut membentang tak berujung dan dingin.Dia memegang sebuah guci, abu ayahnya berputar-putar tertiup angin sebelum jatuh ke ombak gelap.Wajahnya kering, tanpa air mata. Bibirnya bergerak lembut."Selamat tinggal, Ayah."Alvaro menatapnya dalam diam.Setelah hening beberapa saat, Melisa menoleh. "Kau heran kenapa aku nggak nangis?""Mungkin," kata Alvaro."Aku sudah cukup menangis kemarin," jawabnya datar."Dan aku ingat apa ya
Read more