Jumadi Kusuma menyerbu masuk ke kantor Marwan. Bahunya masuk terlebih dulu, melewati lengan sekretaris yang terulur dan upaya terakhirnya untuk terlihat berwibawa.Napasnya tersengal-sengal, wajahnya memerah karena adrenalin."Marwan!" teriaknya, suaranya bergetar karena kegembiraan. "Aku sudah membunuh Alvaro. Aku telah membunuh pembunuh Gala Gunawan!"Ketenangan sekretaris itu hanya runtuh sesaat. Dia menundukkan kepala, nadanya tegas dan penuh hormat. "Pak, aku sudah mencoba menghentikannya, tapi dia nggak mau dengar."Marwan yang duduk di belakang meja kayu eknya yang lebar, tidak meninggikan suaranya.Dia menghentikan panggilan teleponnya dengan gerakan sederhana dan terkendali, ibu jarinya perlahan menekan gagang telepon."Tunggu sebentar," katanya ke arah gagang telepon. Lalu, dia menoleh ke Debby dengan senyum kecil, terlihat sedikit puas. Dia menambahkan, "Nggak apa-apa, Debby. Ini Jumadi Kusuma, sang legenda yang terkenal. Aturan nggak berlaku untuknya, ingat?"Kemudian perha
Read more