All Chapters of Putra Langit Tak Tertandingi: Chapter 91 - Chapter 100

"Kakak pertama benar, terlepas dari urutan kita, aku dan kakak pertama adalah yang paling pertama mengenal dan melayani kakak suami, dia itu adalah pria yang sangat lembut dan perasa. Aku dan kakak pertama saat itu memutuskan untuk mencintainya tampa syarat, tak perduli berapa pun banyaknya istri kakak suami kelak, selama aku adalah salah satunya maka aku akan tetap bersedia." Tambah Dan Ran. "Adik ketiga, ucapanmu sungguh membuat kakak malu, diantara kita semua, mungkin hanya aku seorang yang awalnya menolak di jodohkan dengan kakak Tian, jika saja aku tidak datang ke villa ini dan bertemu dengan kakak pertama dan adik ketiga, mungkin..." "Kakak kedua ku tersayang, itu adalah bagian dari takdir kita, jika tidak mengapa aku juga bertemu dan begitu tertarik dengan kakak Tian. Mungkin alam semesta menghendaki kita semua menjadi bagian dari takdir kakak Tian." Ucap Mei Ling dengan mata berbinar. "Kau dengar itu, adik ke enam? Sekarang tugas kita bukan untuk menolak kasih sayang kakak

Bai Jia langsung menyetujuinya tampa bertanya lebih lanjut, dia percaya keputusan kakak iparnya itu tidak mungkin diambil secara sembarangan. ... Di depan rumah sakit Hua Medika. Barisan enam Rolls-royce Phantom hitam, menarik perhatian semua orang yang lewat maupun yang sedang berada di sekitaran rumah sakit itu. Enam Mobil mewah dengan pelat nomor kendaraan berurutan, dari satu sampai enam itu berbaris rapi dan berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit. Dalam waktu hampir bersamaan, pintu di kursi pengemudi terbuka, dari masing-masing mobil itu turun satu orang dengan mengenakan tuksedo hitam, yang tampak sangat elegan dan profesional. Serempak mereka membuka pintu, masing-masing mereka memanggil nama majikannya untuk turun dari mobil. Semua yang mendengarnya terkagum-kagum, mata mereka semua membelalak menyaksikan adegan itu, mereka juga sangat penasaran sosok seperti apa yang akan keluar dari mobil-mobil itu, lalu apa tujuan mereka datang ke rumah sakit ini? Tampa me

"Kakak Qi Jian, bukankah kita sangat dekat kak, aku mohon bantu aku bicara." Pinta Lin Mixue memelas. Meski sudah berkali-kali menyaksikan hal luar biasa, namun semua orang disana tetap saja kembali terkejut. Pasalnya mereka baru sekali ini melihat, seorang gadis cantik benar-benar datang hanya untuk meminta dijadikan istri ketujuh. Dimana lagi ada pemandangan seperti itu? Apa lagi gadis ini tak kalah cantik dari enam lainnya, yang paling mencengangkan ia bahkan sampai memohon. "Kakak Tian, aku tidak bisa ambil keputusan." Kata Qi Jian tak berdaya. "Aku tidak mengenal mu nona, jadi tidak mungkin aku langsung menerimamu menjadi istriku. Tapi jika kau mau, kau bisa ikut tinggal bersama di villa kami, kebetulan masih ada sisa kamar disana." Kata Tian Fan menawarkan. "Baik, aku bersedia, calon suamiku." Jawab Lin Mixue cepat, tampa sedikitpun keraguan. "Xue'er, kau ini, kenapa kau begitu antusias?" Tanya Qi Jian. Empat istri Tian Fan yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala, karen

Malam semakin larut setelah pelelangan usai. Sebagian besar tamu undangan sudah meninggalkan lokasi, namun Fan Mo Jun dan Ming Lan justru pergi ke arah berlawanan. Mereka berjalan masuk ke sebuah hotel mewah yang terhubung langsung ke gedung pelelangan. Di sudut lain, Wu Lin Jia dan Bai Yin Ping sudah mengikuti mereka sejak keluar ruangan. "Tuan Yin Ping, aku sudah menanam kamera mini di mobil Ming Lan tadi," bisik Wu Lin Jia sambil terus menjaga jarak. Bai Yin Ping mengangguk. "Bagus. Malam ini kita dapatkan bukti terakhir. Setelah itu tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyeret mereka ke hadapan ibu." Sementara itu, di lantai suite hotel, Fan Mo Jun membuka pintu kamar dengan santai. Ming Lan langsung masuk sambil memeluk lengannya manja. "Kekasihku... kau benar-benar luar biasa tadi di pelelangan. Meski kalah, tapi caramu menekan bocah itu... sungguh gagah," bisik Ming Lan sambil mengelus dadanya. Fan Mo Jun terkekeh pelan. "Tenang sayang, permainan baru saja dimulai."

Di ruang pelatihan vila Tian Fan, Wu Lin Jia berdiri di depan gurunya dengan wajah serius. Malam telah larut, namun pembicaraan mereka baru dimulai. "Guru, kecurigaan kami terbukti, semua bukti sudah kami kumpulkan. Rekaman suara, video, serta catatan transaksi gelap antara Ming Lan dan Fan Mo Jun. Mereka sudah merencanakan pengambilalihan penuh atas saham keluarga Bai," lapor Wu Lin Jia. Tian Fan mengangguk pelan, menatap murid kesayangannya. "Kau sudah melakukan tugasmu dengan sangat baik, Lin Jia. Tapi… apa pendapatmu tentang kondisi keluarga Bai setelah semua ini terbongkar?" Wu Lin Jia menarik nafas panjang. "Justru itu yang membuatku khawatir, Guru. Jika ini diungkapkan secara mendadak, reputasi keluarga Bai akan hancur. Akan ada guncangan internal besar. Bai Guan Ping mungkin bisa menerima, tapi istrinya Ming Lan sudah terlalu dalam menancapkan pengaruh. Aku khawatir, saat topeng Ming Lan runtuh, keharmonisan keluarga Bai akan retak..." Tian Fan menatap Lin Jia dengan tatap