Adrian mengepalkan tangan. Dan dalam sekejap…BUK! Pukulannya menghantam meja kerja hingga benda-benda di atasnya bergetar. Gavin tersentak, tapi tetap diam, menunggu amarah itu surut.“Lakukan saja, Gavin!” bentaknya, suara rendah tapi menggigit. “Aku tidak akan menyesal!”Gavin menahan napas, menatap atasannya dengan hati-hati. “Baik, Tuan,” ujarnya. “Tapi… untuk keperluan pengajuan ke pengadilan, pasti butuh alasan sah. Apa yang harus dicantumkan?”Adrian terdiam.Hening menggantung lama di antara mereka. Padahal biasanya, Adrian selalu cepat dan tegas dalam membuat keputusan. Tapi kali ini, Gavin melihat jelas, rahang pria itu mengeras seperti menahan sesuatu yang tidak bisa diucapkan dengan ringan.Semakin lama Adrian diam, semakin Gavin yakin bahwa semakin keras tuannya bersikap, semakin lemahlah tekadnya sebenarnya.Akhirnya, dengan suara rendah yang nyaris seperti g
Last Updated : 2025-07-12 Read more