Malam itu, kamar hotel yang penuh bunga putih menjadi saksi awal kehidupan baru Michel dan Keira. Tirai tipis berayun lembut diterpa angin dari balkon. Di luar, bulan bundar menggantung, seolah ikut mengintip. Keira duduk di tepi ranjang, jemarinya saling menggenggam, wajahnya masih menyimpan gugup seorang pengantin baru.Michel mendekat, menyingkirkan helaian rambut yang jatuh di pipinya. “Aku janji, malam ini hanya tentang kita. Tak perlu terburu-buru.” Suaranya rendah, nyaris seperti bisikan yang menenangkan.Keira menelan ludah, lalu tersenyum canggung. “Aku percaya.”Ciuman pertamanya mendarat di dahi Keira. Lalu bergeser ke pipi, hidung, hingga bibir. Lembut, penuh kesabaran. Ia tahu Keira butuh waktu, sehingga setiap ciuman bukan sekadar gairah, melainkan penegasan bahwa ia dicintai, dilindungi.Keira merasakan dadanya bergetar. Ketegangan perlahan larut oleh cara Michel menyentuhnya. Tangannya yang hangat menelusuri bahu, turun ke lengan, seolah ingin menghapus sisa keraguan.
Last Updated : 2025-09-10 Read more