“Kak, kamu ngapain?”“Katanya capek,” jawab Zayn santai sambil jongkok di depan sofa. Ia menggenggam pergelangan kaki Qiana pelan, lalu mulai membersihkannya dengan handuk hangat. Gerakannya hati-hati, seperti sedang memegang sesuatu yang rapuh.Qiana menatapnya lama. Ada rasa aneh yang menjalar di dada, campuran kaget, terharu, dan tidak siap. “Kak, gak usah repot-repot! Aku bisa sendiri.”“Aku tau,” kata Zayn tanpa menatapnya. “Tapi aku mau. Kalau kamu terlalu capek buat ngurus diri kamu, biar aku yang lakuin.”Hening. Hanya suara kain handuk yang bergesekan dengan kulit yang terdengar. Setelah selesai membersihkan kaki, Zayn meraih tangan Qiana, mengelapnya dengan cara yang sama dengan handuk yang berbeda.“Udah,” katanya sambil tersenyum tipis, lalu menaruh handuk ke sisi sofa. “Sekarang kamu bisa rebahan lagi.”Qiana menelan ludah. Ada sesuatu yang berubah dalam sikap Zayn hari ini, dan itu membuatnya bingung, sekaligus takut untuk berharap.“Kenapa kamu ngelakuin ini?” tanyanya
Terakhir Diperbarui : 2025-08-11 Baca selengkapnya