“Qia,” panggilnya pelan.Qiana tidak menjawab. Fokusnya tertuju pada masakan.Zayn melangkah sedikit mendekat. "Kamu liat kaos kakiku yang warna abu-abu?”Qiana diam beberapa detik, lalu menjawab tanpa menoleh, suaranya datar, “Aku udah lama enggak nyentuh barang-barang kamu.”Zayn mengerutkan kening, mencoba menangkap nada di balik kalimat itu. Tapi Qiana hanya terus mengaduk masakan, seolah yang barusan dia katakan hanyalah informasi biasa, bukan sindiran.Zayn menghela napas, lalu menunduk, membuka laci lain di dekat meja makan. Tetap tidak ada.“Kemarin aku taruh di kursi,” gumamnya, lebih ke diri sendiri.“Oh,” balas Qiana dingin, masih tanpa menoleh.Zayn menatap punggungnya, tercengang.Suara gemericik air dari wastafel, lalu suara kompor dimatikan. Qiana meletakkan wajan, melepas apron, dan mulai merapikan piring di meja makan. Wajahnya tetap datar, tanpa senyum, tanpa emosi.“Kalau enggak nemu juga, pakai aja yang lain! Kamu kan punya banyak cadangan,” ujarnya sambil berjalan
Dernière mise à jour : 2025-07-28 Read More