"Qia..." Bu Atmaja langsung menghampiri Qiana dengan langkah cepat, menahan tubuh langsing itu agar tak limbung berdiri. Wajahnya cemas, matanya menatap Qiana dengan kasih seorang ibu.“Kamu butuh sesuatu, Nak?" tanyanya lembut, mengusap bahu Qiana yang terlihat makin kurus dan rapuh.Qiana menatap kosong ke depan, lalu menjawab lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh tangis yang belum selesai, “Aku haus, Ma. Aku mau ambil minum."Rheana buru-buru menghampiri kakak iparnya dengan cepat. “Aku temenin, ya, Kak?” ucapnya pelan sambil memegang lengan Qiana dengan lembut.Qiana hanya mengangguk tanpa bicara, lalu perlahan mulai melangkah ke arah dapur. Rheana berjalan setengah menuntun, setengah menjaga di sampingnya.Langkah Qiana lambat. Penuh beban. Saat ia melintasi ruang tengah dan melewati Zayn yang berdiri di sana—diam, tegang, menahan napas—waktu terasa melambat.Zayn hendak membuka mulut. “Qia…”Tapi Qiana terus berjalan. Tanpa melirik. Tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Dan tanp
Dernière mise à jour : 2025-07-27 Read More