“Enggak, Pak. Saya nggak ngelakuin itu. Saya cuma dorong dia sekali, itu pun karena dia nyakitin saya duluan."Ibu Maya tertawa sinis. “Dorong? Kamu gak cuma dorong. Tapi benturin Maya ke dinding, narik dia, nyakar dia. Itu buktinya ada. Gak mungkin kan Maya nyakitin dirinya sendiri?"Pak Adi menyilangkan tangan. Wajahnya serius. “Qiana, kamu sadar tidak, tindakan fisik sekecil apa pun bisa berakibat fatal? Apalagi di lingkungan kampus. Kamu mahasiswa akhir, kamu harusnya lebih dewasa.”Qiana menggeleng cepat. Berniat memberi bantahan. "Pak, saya benar-benar gak ngelakuin itu. Saya emang dorong Maya tapi gak keras kok, dan cakaran itu—""Udah deh Qia, mending kamu ngaku aja. Ini udah bukti kalau kamu anarkis," potong Maya sambil memasang raut sedih seperti habis dianiaya."Pak, dia bohong! Maya itu playing victim."“Kalau memang merasa benar, kenapa datang sendiri? Mana wali kamu?” tanya Ibu Maya cepat, menyambar sebelum Pak Adi bicara. “Kalau kamu benar, harusnya kamu bawa wali buat
Huling Na-update : 2025-07-09 Magbasa pa