Share

Kehilangan Pt 01

last update Huling Na-update: 2025-07-24 18:29:37

Qiana membeku di ambang pintu UGD. Pandangannya langsung menangkap sosok yang tergeletak di atas ranjang—tubuh seorang pria paruh baya, penuh darah, dengan perban terbuka di kepala dan alat oksigen menutupi sebagian wajahnya. Beberapa dokter dan suster bergerak cepat di sekelilingnya, suara alat medis berdengung keras di udara.

'I-itu...'

Qiana refleks ingin berlari. “PAPA!!” jeritnya, histeris. Tapi belum sempat ia mendekat, seorang suster langsung menghadangnya. Tubuh mungil Qiana tertahan kuat di pelukan perawat itu, membuatnya semakin panik.

“PAPA! Papa!"

"Mba! Tolong tenang!"

"Tapi itu Papa saya, Suster. Saya mau ke sana! Aku mau lihat kondisi Papa!" Suaranya pecah, teriakan yang nyaris seperti rintihan kesakitan. Air matanya langsung mengalir deras tanpa bisa ditahan.

"Mba, tolong tenang dulu! Doktet sedang menangani pasien!” Suster itu mati-matian menahan Qiana, yang terus memberontak seperti orang kehilangan akal.

“Saya anaknya, Sus! Saya mau liat kondisi Papa! Saya mohon!” Su
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nina Nurhayati
kak,,, sy harap stlh kejadian ini qia jgn mau terima laki² GK pny hati kaya Zayn ya ??? jgn mau dibujuk SM mertua nya jg,, tinggalin aja laki² ky gitu GK pny sikap banget,, nangis aku bacanya ...
goodnovel comment avatar
Adfazha
Qiana pasti ngerasa dy anak sial & menyesal andai gk tlp ortunya pasti mereka baik2 aja gk kecelakaan & tiada... PooR Qiana berharap ini hya mimpi aja tp ini bnr2 mimpi terburuknya
goodnovel comment avatar
Adfazha
Qiana mkin hancur lebur dah lahh pasrah digojlok abiz sm Authornya... dah gk ada harapan stlh khlgn papanya, mamanya jg suaminya yg asyik kelonin mantan tercinta gk peduli ama istri bebannya lagi
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Bicara Saja Yang Sebenarnya

    ntu kayu berwarna cokelat tua itu terasa begitu berat ketika Diandra mendorongnya perlahan. Degup jantungnya seperti palu godam, berdentum kencang di telinganya. Tangannya yang masih lemas bergetar hebat, namun ia berusaha tenang.Toh ini bukan kali pertama ia menghadapi Pak Atmaja. Beberapa bulan lalu ia juga pernah bertemu dengan pria paruh baya tersebut sebelum Zayn menikah dengan Qiana. Tepat saat Pak Atmaja memintanya menjauhi Zayn.Begitu pintu terbuka penuh, aroma khas ruangan kerja bercampur dengan wangi kopi hitam menyambutnya. Di dalam, duduklah Pak Atmaja di balik meja besar dari kayu jati. Bahunya tegap, wajahnya serius, dan sorot matanya dingin.“Masuk!” titah Pak Atmaja datar, tanpa senyum, bahkan tanpa menoleh terlalu lama. Ia benar-benar mirip Zayn saat mode begini."Permisi Pak.""Duduk!"Diandra menelan ludah. Ia melangkah pelan, lalu duduk di kursi yang sudah disiapkan di depan meja. Tubuhnya kaku, kedua tangannya saling meremas di pangkuan.Keheningan mencengkeram

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Ada Apa Ini, Zayn?

    “Bagaimana Papa bisa percaya begitu saja? Jelas-jelas ini ada buktinya."Qiana buru-buru maju, berlutut di sisi kursi mertuanya. “Pa...” suaranya lirih, penuh ketulusan. “Aku tahu semua ini terdengar buruk, tapi aku percaya pada Kak Zayn. Kami sudah memikirkan jalan keluarnya.”Pak Atmaja menoleh, sorotnya tetap keras. “Jalan keluar? Apa maksud kamu?”“Kami akan lakukan tes DNA, Pa.” Qiana menatap mata mertuanya dengan berani meski jantungnya berdebar kencang. “Kalau memang bayi yang dikandung Diandra bukan anak Kak Zayn, kebenarannya akan terbukti. Semua ini akan jelas.”Pak Atmaja terdiam sejenak. Tangannya perlahan terlepas dari kepalan, meski wajahnya tetap kaku. Ia menoleh lagi pada Zayn. “Kamu sungguh-sungguh dengan keputusan itu?”Zayn mengangguk mantap, meski ada bayangan lelah di wajahnya. “Tentu saja, Pa. Karena aku tahu, aku tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan. Tes DNA adalah cara satu-satunya untuk membungkam semua fitnah ini.”Hening menyelimuti ruangan. Jam dindin

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Diandra Pingsan!

    Lorong rumah sakit hari itu masih ramai dengan langkah cepat para perawat dan beberapa pengunjung. Diandra berjalan sempoyongan dengan langkah kacau. Seragam suster yang ia kenakan terlihat kusut, matanya sembab, pipinya masih basah karena air mata yang tak henti mengalir.Dadanya naik-turun cepat. Setiap helaan napas terdengar berat, seakan beban yang ia pikul terlalu besar.‘Gimana kalau Zayn gak mau tanggung jawab? Apa dia akan buang aku dan anak ini gitu aja? Lalu, gimana nasib aku dan anak ini nantinya?' Suara di kepalanya semakin riuh. ‘Dia punya kuasa, punya uang, semua orang pasti lebih percaya sama dia daripada aku? Kalau aku beneran ditinggalin, aku bisa hancur.’Tangannya meraih dinding, mencoba menopang tubuhnya. Tapi pandangannya berkunang-kunang. Rasa mual naik ke tenggorokan, kepalanya terasa berputar.“A-aku…” bibirnya bergetar.Beberapa detik kemudian, tubuhnya ambruk begitu saja ke lantai.“Mbakk! Ya ampun!” teriak salah seorang pengunjung yang melihatnya.Spontan be

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Cukup, Diandra!

    Diandra menyeka air matanya kasar, lalu menatap Qiana penuh tantangan. “Tapi mau gimana kamu belain dia, kamu gak bisa nyangkal ini.” Ia mengangkat foto berisi hasil USG, menggoyangkannya tepat di depan wajah Qiana. “Ini bukti kalau apa yang aku katakan itu benar."Qiana menahan napas, jantungnya berdetak lebih cepat. Jemarinya gemetar tapi ia mencoba tetap berdiri tegak.“Bukti?” Qiana mengulang lirih, lalu menatap lurus ke arah Diandra. “Itu hanya kertas, Diandra. Tapi kamu gak bisa tunjukkin bukti siapa ayah anak itu.”Senyum miring muncul di bibir Diandra. “Kamu gak usah sok kuat. Dalam hati kamu pasti ketakutan kan? Takut suami kamu ternyata beneran jadi ayah dari anakku.”Ucapan itu menusuk Qiana. Untuk sepersekian detik, hatinya seperti dihantam ribuan belati. Ia memang takut. Sangat takut. Namun, ia mendongak dan menatap balik, tak ingin Diandra melihat kelemahannya.“Aku lebih percaya sama suamiku daripada sama tuduhan kamu,” jawab Qiana lirih, namun tegas.“Percaya?” Diandra

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Berhenti Membelanya!

    “Diandra?” suaranya parau, penuh keterkejutan.Perempuan itu berdiri angkuh di dekat pintu, tanpa permisi. Rambutnya digulung rapi, wajahnya agak pucat namun sorot matanya tampak penuh tekat. Di tangannya, ia menggenggam selembar kertas berwarna hitam-putih— hasil USG yang masih baru, plastik transparannya bahkan belum dilepas.Zayn refleks bangun, duduk di pinggir ranjang dengan dahi berkerut. “Kamu ngapain masuk seenaknya ke ruanganku?”Diandra melangkah maju, suaranya dingin. “Ini! Lihat ini!"Ia mengangkat hasil USG itu tinggi-tinggi, lalu meletakkannya begitu saja di meja kecil samping tempat tidur. “Ini hasil pemeriksaanku tadi pagi.”Zayn menatap kertas itu dengan mata melebar. Jantungnya berdegup kencang, bahkan lebih kencang daripada saat ia menangani pasien kritis.“Lalu?"Diandra menatapnya tajam, nyaris tanpa berkedip. “Ya aku cuma mau ngasih tau kamu kalau aku benar-benar hamil. Biar kamu gak nuduh aku bohong atau apapun itu."Udara di ruangan itu mendadak terasa membeku.

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Kejutan Untuk Zayn

    Qiana baru saja menutup layar ponselnya, napasnya terlepas pelan. Senyum yang tadinya mengembang kini berubah tipis, lebih mirip senyum yang dipaksakan.Ia menaruh ponselnya di atas meja, mencoba kembali fokus pada obrolan sahabatnya. Tapi dalam hati, ada sedikit kecewa yang tak bisa ia tolak.‘Padahal aku udah seneng banget bayangin makan siang bareng Kak Zayn. Tapi mau gimana lagi. Pasien-pasien dia kan emang lebih penting.’“Eh, Qia.” Clara mencondongkan tubuh, matanya langsung menangkap ekspresi aneh di wajah sahabatnya. “Kamu kenapa? Kok muka kamu jadi sedih gitu?"Jasmine juga ikutan kepo. “Iya iih. Padahal tadi masih cengengesan."Qiana terkekeh kecil, mencoba menutupinya. “Enggak, bukan apa-apa kok.""Yang bener?""Iyaa, Jasmine. Barusan cuma chat dari Kak Zayn aja.”“Ohh—” Jasmine langsung menyikut lengan Clara sambil terkikik. “Kenapa ama suami kamu? Dia ngirim sweet text ya?"Clara menaikkan alis. “Sweet text apa? Dari ekspresinya aja kayak sedih gitu.” Ia menatap Qiana pen

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status