Langkah Gladys terasa berat saat mendekati gerbang rumah yang begitu asing kini. Dulu, pagar hitam menjulang itu menyambutnya dengan hangat, bersama deru mobil sang ayah dan tawa kecil masa kanak-kanaknya. Kini, segalanya berubah. Gerbang itu dingin. Kaku. Tak bersuara. Seperti menolaknya mentah-mentah.Ia menatap pos jaga di samping gerbang. Seorang pria berseragam duduk di dalamnya. Wajahnya samar di balik kaca, tapi Gladys mengenal siluet itu. Dulu, pria itu menyapanya setiap pagi dengan senyum dan ucapan, “Selamat pagi, Nona.”“Pak Beni?” panggilnya lirih, nyaris seperti gumaman luka.Pria itu menoleh. Wajahnya tetap sama, namun ada sesuatu yang hilang. Senyum ramah itu tak ada. Matanya tak mengenali. Seolah waktu telah menghapus semua kenangan masa lalu.“Pak Beni, ini saya. Gladys,” ujarnya lagi, langkahnya semakin dekat.Tak ada perubahan di wajah pria itu. Hanya sorot mata datar yang membuat dada Gladys sesak.“Siapa yang tinggal di sini sekarang, Pak?” tanyanya, suaranya goya
Huling Na-update : 2025-06-09 Magbasa pa