“Saya nggak minta ini,” bisiknya, mata menyipit curiga.”Saya nggak gila, Sus.”“Ibu tidak perlu minta. Ini memang prosedur kami untuk pasien-pasien khusus,” jawab perawat tenang. “Tenang saja, Bu. Beliau sangat ramah. Namanya Dokter Widya. Banyak pasien merasa lega setelah bertemu beliau.”Pintu diketuk. Sejenak kemudian, terdengar suara hangat dari dalam, “Silakan masuk.”Perawat mendorongnya masuk ke ruangan yang didominasi warna krem lembut. Aroma lavender samar menyambut. Tak ada kesan kaku seperti ruang psikiater yang selama ini dibayangkan Gladys. Ruangan itu justru terasa seperti ruang keluarga.Seorang wanita paruh baya, mengenakan blus biru muda dan kerudung senada, berdiri menyambut. Senyumnya menenangkan, matanya ramah.“Halo, Gladys. Aku Widya,” sapanya, bukan dengan nada dokter pada pasien, melainkan seperti sahabat lama yang datang menyapa.Gladys hanya mengangguk kecil. Wajahnya tetap datar.“Boleh aku duduk di sebelahmu?”Kembali, Gladys hanya menjawab dengan isyarat
Terakhir Diperbarui : 2025-07-04 Baca selengkapnya