Gladys mematung. Ucapan Lula barusan menggema di telinganya, memukul kesadarannya seperti palu godam."Bramantyo ... Aksara?" gumamnya, suaranya hampir tak terdengar. Wajahnya memucat, tatapannya kosong, seolah darahnya terkuras dalam sekejap.Lastri membelalak. "Lula! Cukup!" serunya panik, lalu buru-buru membungkam mulut gadis itu dengan telapak tangannya. Namun, Lula justru semakin menggila, seolah tak ada lagi yang bisa menghentikan amarah yang menggelegak dari hatinya.Ia menepis tangan Lastri dengan kasar. "Jangan sok melindungi, Bu! Dia memang bodoh, pantas dibohongi!"Gladys bergeming. Tubuhnya kaku, napasnya pendek. Ia seperti patung hidup, dengan tatapan kosong menembus dinding. Ruangan di sekitarnya seperti meredup, menyempit, menyesakkan dada."Kamu tuh naif banget, Gladys!" Lula menjerit tajam. "Diajak hidup melarat, tinggal di rumah reyot, makan seadanya, padahal suamimu itu CEO perusahaan tempat kamu kerja sendiri! Kamu nggak nyadar?!"Gladys menggeleng pelan. Bibirnya
Terakhir Diperbarui : 2025-07-01 Baca selengkapnya