“Mbak Nindi,” pekikku saat melihat namanya di layar ponsel.Kebetulan sekali dia menelepon, padahal aku berniat untuk meneleponnya setelah sarapan. Segera kugeser tombol telepon warna hijau untuk memulai percakapan. Lalu, duduk di tepi ranjang.“Halo, assalamualaikum, Mbak.”“Waalaikumsalam, Ndhis, maaf mengganggu. Gendhis, Pak Marvin menanyakanmu kapan kamu kembali masuk kerja, katanya?”“Ya Allah, Mbak, maaf, aku belum sempat memberitahumu. Suasana duka yang menyelimuti membuatku melupakan segalanya. Niatnya pagi ini setelah sarapan aku akan meneleponmu, tapi kamu sudah lebih dulu meneleponku. Jadi, sekalian aku memberitahumu dan tolong sampaikan pada Pak Marvin.”“Kamu kenapa, Ndhis?”Aku menghela napas, lalu mengembuskan perlahan. Aku yakin embusan napasku juga terdengar oleh Mbak Nindi.“Ndhis.”“Iya, Mbak. Tolong sampaikan maafku pada Pak Marvin kalau aku belum bisa masuk kerja. Aku lagi berduka karena Bapak pergi untuk selamanya.”“Astagfirullah, Gendhis, kenapa ndak memberitah
Terakhir Diperbarui : 2025-07-25 Baca selengkapnya