Menikah Tanpa Cinta

Menikah Tanpa Cinta

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-12
Oleh:  Rafa MirzaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
18Bab
21Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Kecelakaan yang merenggut nyawa bapak membuatku harus menikah dengan laki-laki yang ttidak ku kenal. Namun, seiring berjalannya waktu cinta tumbuh di antara kami. Sayangnya, saat cinta bersemi jarak kembali bersua. Mamoukah kami mempertahankan ikatan sakral atau harus menyerah?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bagian 1 Panggilan Darurat

"Gendhis, ayahmu kritis sehabis kecelakaan. Sebaiknya kamu segera pulang."

Tubuhku melorot ke lantai. Air mata bercucuran membasahi pipi. Rasanya tidak percaya mendengar berita tentang satu-satunya anggota keluargaku.

“Dia terus-menerus meminta Om untuk menghubungimu. Sepertinya ada sesuatu hal yang ingin dia sampaikan padamu.”

Aku segera mengemasi barang-barang dan mengajukan cuti ke HRD. Tanpa peduli apa pendapatnya dengan pengajuan tiba-tiba itu, aku memesan tiket kereta untuk pulang.

Rumahku ada di sebuah desa. Aku merantau jauh ke kota untuk bekerja di sebuah toko pakaian di mall besar di Semarang.

Perjalanan dengan kereta memakan waktu setidaknya satu jam. Di gerbong, aku berusaha menahan tangis. Begitu kereta sampai, aku langsung memesan angkutan umum menuju rumah sakit tempat ayahku di rawat.

Telepon dari Om Rahmad datang lagi. “Assalamualaikum, Ndhis? Kamu sudah sampai mana?”

“Lagi di jalan, Om. Sebentar lagi sampai.”

“Ya, Nduk, kalau sudah, kamu langsung ke ICU, ya. Bapakmu di sini.”

Ucapannya membuat air mataku berderai. Aku tidak peduli tatapan orang-orang di angkot. Setelah sampai di depan rumah sakit, aku segera turun dan berlari tergesa ke ruang ICU.

Di sana, Om Rahmad segera menangkapku sebelum aku mendorong pintu masuk.

“Gendhis mau ketemu Bapak, Om,” ucapku, mencoba melepaskan diri.

“Iya, tenang dulu, kita mau bicara,” kata Om Rahmad sambil menarikku ke bangku di lorong rumah sakit itu. Di sampingnya, ada seorang pria yang tidak kukenal.

Aku duduk menurut dengan dada naik turun menahan tangis yang mau pecah.

“Bapakmu mengalami kecelakaan, Nduk. Keadaannya sangat kritis, dokter bilang sudah tidak ada harapan lagi untuk kembali seperti semula. Tadi bapakmu sempat tersadar sebelum akhirnya kembali koma. Dia minta kamu dititipkan ke Om dan Bulik,” jelas Om Rahmad.

“Bapakmu juga meminta agar kamu cepat menikah sebelum dia pergi untuk selamanya,” lanjutnya.

Aku membiarkan tangisku pecah. Tidak hanya kabar bahwa Bapak akan pergi untuk selamanya, aku juga tidak mampu mendengar permintaan terakhirnya. Menikah? Dengan siapa?

“Gendhis tidak bisa untuk memenuhi permintaan terakhir Bapak, Om. Selama ini Gendhis tidak pernah dekat dengan lelaki mana pun. Bagaimana bisa Gendhis memenuhi permintaan terakhir Bapak, Om?” tangisku tersedu.

Laki-laki di samping Om Rahmad mendekatiku, ucapan selanjutnya membuatku tersentak.

“Aku akan menikahimu.”

Kutatap dia dengan wajah bingung.

“Maaf, mungkin saya terlalu lancang bilang begini. Tapi saya semua ini terjadi karena saya. Saya akan menikahi putri Pak Herman sebagai pertanggungjawaban saya atas semua yang terjadi.”

Apa maksudnya? Aku menoleh kepada Om Rahmad yang mengembuskan napas sambil mengusap wajah, meminta penjelasan.

“Ini Riko. Dia yang sudah menabrak bapakmu di kecelakaan itu,” katanya, membuat mataku membulat. “Dia juga sudah membayar biaya rumah sakit, Nduk.”

Aku menatap Riko tajam dengan penuh emosi. Bergerak maju dan menarik kerah bajunya. “Kamu yang bikin Bapak kritis!!”

“Ndhis, cukup, ini rumah sakit!” Om Rahmad segera meleraiku darinya. Setelah mendudukkanku kembali di bangku, Om Rahmad menatapku lagi lamat-lamat. “Om paham perasaanmu, tapi Riko sudah berusaha tanggung jawab, termasuk memenuhi permintaan terakhir bapakmu.”

Napasku tercekat saat teringat dengan permintaan terakhir itu. Aku tahu, bapakku pasti tidak ingin meninggalkan aku sebatang kara. Dia ingin aku menikah agar aku tidak hidup sendirian. Haruskah aku menikah dengan orang yang membuat Bapak kritis bahkan hampir merenggut nyawanya?

“Saya akan tetap bertanggung jawab, apapun resikonya saya terima. Saya akan menerima putri Pak Herman sebagai istri saya. Saya tidak ingin melihat putri Pak Herman hidup dalam kesendirian tanpa ada yang melindungi,” ucap Riko lagi dengan tegas, sorot matanya penuh rasa bersalah.

Niat baiknya membuatku tidak bisa mengeluarkan kata-kata untuk mencaci maki dirinya.

“Tapi saya bahkan tidak kenal kamu,” ucapku. Apakah Bapak juga ingin anak putrinya menikah dengan orang asing?

“Saya ngerti kamu nggak bisa percaya sama saya. Apalagi kondisi ayah kamu saat ini adalah kesalahan saya. Tapi saya janji, saya akan menjaga kamu dengan baik dan menjadi suami yang bertanggung jawab,” tegas Riko lagi.

Aku melihat kepada Om Rahmad lagi, tetapi beliau tampaknya tidak bisa menolak Riko juga. “Semua keputusan ada di tanganmu, Nduk. Om tidak akan memaksamu.”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
18 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status