"Terima kasih, Pak Hubert," kata mereka hampir bersamaan saat melihatnya.Hubert hanya mengangguk tipis, lalu mendengar Miko berkata, "Pak, untuk minuman para dokter sudah saya taruh di meja mereka. Tadi waktu pesan ada beberapa dokter yang nggak di ruangannya, jadi saya nebak saja varian yang kira-kira mereka suka.""Baik."Hubert menjawab singkat, lalu masuk ke kantor. Di sana hanya ada Arlina yang sedang menunduk sambil membalas pesan suara, sepertinya sedang mengurus hal dari departemen lain.Melihat di mejanya ada segelas teh susu, sudut bibir Hubert terangkat tipis tanpa sadar. Dalam hati, dia merasa agak puas dengan sifat perhatiannya ini. Sebelumnya, Arlina mengatakan Hubert tidak menghargainya. Lihatlah, sekarang dia bahkan mentraktir seluruh departemen demi Arlina.Setelah duduk di tempatnya, Hubert terus melirik Arlina. Wanita itu sibuk bekerja, sama sekali tidak menyentuh teh susunya, seakan sudah lupa akan keberadaan minuman itu.Tak lama kemudian, seseorang masuk ke kanto
Read more