"Kamu cantik sekali, Sayang," bisik Papi Tian, suaranya bergetar menahan haru. Bayangan Silvi di cermin yang cantik jelita dalam balutan kebaya putih dan mahkota—menghujam hatinya. Air mata membasahi pipinya, menorehkan jejak kesedihan dibalik senyum yang dipaksakan. Keindahan putrinya hari ini terasa menyayat. "Rasanya baru kemarin Papi menggendongmu, mengganti popokmu," lirih Papi Tian, isak tangisnya pecah. "Sekarang kamu sudah mau menjadi istri orang, Vi… hiks .…" Mami Nissa merangkul bahu suaminya, mengusap lembut punggungnya. "Kita sudah sepakat, Pi. Jadi kita harus ikut bahagia untuk Silvi." Suaranya lembut, namun tegas, berusaha menenangkan badai emosi yang menerjang suaminya. Silvi, ditengah riasan yang hampir sempurna, tampak tenang luar biasa. Sentuhan lembut tangan make up artist seakan tak mampu menembus tembok perasaannya. Dia fokus pada penampilannya, pada hari bahagianya. Namun, dibalik ketenangan itu, sebuah kegelisahan samar mulai mengusik. Perasaannya tid
Terakhir Diperbarui : 2025-07-06 Baca selengkapnya