Share

Bab 71

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-25 12:10:16

Berbeda dengan media sosial yang mulai marak menghampiri pada setiap ponsel. Penulis konten terkesan hanya mengejar FYP, tanpa peduli yang dilakukan menimbulkan kebakaran yang tak terkendali. Seperti video musibah kemarin.

"Dek Laras? Bisa ke sini." Suara kekasihku setelah dia memunculkan diri dari ruang depan.

"Aku?"

"Iya. Ada yang ingin bertemu," ucapnya setelah menghampiriku.

***

"Iya. Ada yang ingin bertemu, katanya kangen." Mahendra mengulurkan tangan, dan aku berdiri.

"Siapa?" Rambut aku rapikan dan menilik baju apakah sudah pantas. Dia tidak menjawab, tetapi menarik tangan ini untuk mengikutinya. Muncul di ruang tamu, wajah-wajah asing yang aku dapati, kecuali dia yang memunculkan senyumanku kembali.

"Mbak Laras!" Serunya sambil memeluk diriku. Mengurai sambil menelisik diri ini. "Sudah baik beneran, Kan? Maaf, tidak langsung ke sini."

"Tidak apa-apa, Bu Camat. Saya baik, kok."

Kemudian dia menggapai tangan Mahendra, untuk berdiri berdampingan denganku. "Pokoknya, Kalau ada
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suami Kiriman Bikin Nyaman   Bab 96

    "Pak Mahendra, Mbak Laras, ada yang ingin bertemu. Monggo kita temuin mereka," ucap pengarah acara sambil menunjukkan ke arah yang membuatku terbelalak. Tidak pernah aku mengira akan menjadi seperti ini. Antrian mengular bukan karena untuk mengambil makan, justru mereka bersabar untuk mendapat giliran bersalaman dengan aku dan Mas Mahendra. Bahkan beberapa meminta ijin untuk berfoto selfi. "Mas Mahendra kenal dengan mereka?""Hmm? Tidak.""Tapi kok kelihatan akrab banget." Dia tertawa kecil. Semua yang datang di acara ini adalah mereka yang mendoakan kebahagiaan kita. Karenanya, mulai saat ini mereka adalah orang-orang kita. Tapi, bukankan mereka orang kampung sini?"Sekarang aku yang gelagapan. Terlihat sekali aku kurang bersosialisasi. Dulu ketika masih remaja lebih banyak bersembunyi di balik Ibu dan Bapak. Jarang sekali aku keluar rumah. Lulus SMA langsung menikah dan tidak di rumah lagi. Ketika sudah menjanda lebih nyaman menghindar dari mereka karena enggan dengan pertanyaan k

  • Suami Kiriman Bikin Nyaman   Bab 95

    Suara musik dari depan mulai diperdengarkan. Suara keras tetapi merdu dan tetap enak ditangkap telinga. Ini permintaan khusus dari suamiku. "Dek, aku ingin semua yang hadir menikmati pesta tanpa jantungan karena musiknya terlalu keras. Apalagi yang datang banyak orang tua. Dan mereka masih bisa berbincang dengan orang sebelah tanpa teriak atau bisik-bisik di telinga."Saat itu aku mengiyakan saja. Mengingat kalau hajatan di kampung, pengeras suara sampai memekakkan telinga. Tidak jelas lagu apa yang diputar, seakan yang terpenting bikin huru-hara yang menunjukkan sedang berlangsung hajatan. Semuanya diurus oleh suamiku itu. "Yang penting kamu tidak banyak pikiran, Dek. Biar nanti saat dirias tidak terlihat cemas.""Memang pengaruh?""Kata tukang rias begitu. Kondisi emosi akan terpancar dari balutan make-up."Aku menatap bayanganku di depan cermin. Baju terusan berwarna putih dengan lengan pendek, dan potongan leher berbentuk V. Bahan yang berkelas menunjukkan keanggunan. Model ya

  • Suami Kiriman Bikin Nyaman   Bab 94

    "Kasihan istrinya Aditya. Sebenarnya dia tadi itu mabok."Terkejut aku mendengarkan yang diucapkan suamiku. "Mabok? Maksudnya karena minum minuman keras?""Hu-um. Kalau tidak, mana dia berani mempermalukan diri seperti itu. Ditonton banyak orang.""Terus, kenapa ada orang yang menjemput dia?""Kamu tidak kenal dengan namanya Arya itu?"Aku menggelang. "Tidak, Mas. Walaupun Nayna sering bilang kalau dia temanku saat di SMA, aku tidak mengenal dekat dengannya. Apalagi saat selepas lulus.""Oh, gitu. Tadi selepas berbincang, aku meminta nomor telpon saudaranya yang bisa dihubungi. Istrinya Aditya sendiri yang memberikan nomor yang namanya Arya itu.""Oh, gitu. Berarti dia di tangan yang aman," ujarku merasa lega.Aku menghela napas. Sebegitu berat hidup Nayna sampai melakukan hal seperti itu. "Sebenarnya aku kasihan dengan dia, Mas. Anaknya masih bayi, suaminya seperti itu, dan sekarang suaminya malah masuk penjara.""Iya betul. Kabarnya, warungnya juga bangkrut." Aku tersenyum miris. Wa

  • Suami Kiriman Bikin Nyaman   Bab 93

    POV Larasati Antara marah, gemas, bingung, dan kasihan. Rasa itu bercampur aduk saat melihat perempuan ini.Aku merasa tidak mempunyai salah kepadanya, tetapi kenapa dia terlihat dendam denganku? Bukannya seharusnya aku yang marah dengannya karena mengganggu rumah tanggaku yang terdahulu?"Yang menjadi korban tidak hanya aku, Nayna. Walaupun aku mencabut laporan, belum tentu suamimu bebas."Bukannya mengerti, dia justru semakin menjadi. Segala sumpah serapah dilontarkan. Bahkan orang yang berkerumun pun diserangnya karena menyebutnya perempuan tidak waras. "Kamu Laras. Seperti dewi tetapi sebenarnya kamu penghancur!""Maaf. Aku tidak pernah menghancurkan siapapun. Apalagi kamu yang aku tidak kenal. Bukankan kamu sendiri yang menenggelamkan hidup kamu menjadi seperti sekarang ini?" Aku tersenyum miring, teringat pertengkaran orang di kamar sebelah ketika di hotel. Yang aku yakin itu adalah Nayna. Sebenarnya aku bisa saja membuka fakta kalau dia menjebak Aditya dengan kehamilan yang

  • Suami Kiriman Bikin Nyaman   Bab 92

    POV Nayna Aku mengidolakan dia sekaligus membencinya.Kalau teman sebaya mengidolakan artis, lain denganku yang mengidolakan teman satu sekolahan. Di mataku dia orang yang sempurna. Cantik, pintar, baik hati, tidak sombong, tetapi ada satu yang membuatku kecewa: dia tidak menjadikan aku temannya apalagi sahabatnya.Namun, bukan berarti aku menyerah untuk mendekatinya. Dulu ketika kami masih SMA, aku bahkan rela tidak jajan di kantin untuk ikut kebiasaannya membaca di perpustakaan saat jam istirahat. "Boleh aku duduk di sini?" "Silakan," jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan dari buku bacaannya.Aku duduk dengan tumpukan buku yang senada dengannya. Meskipun aku tidak tahu arti dari hukum fisika apalagi rumus kimia. Tak apalah, demi dekat dengan dia. Bukankah kita harus sehobby untuk menjadi teman?"Bagus bukunya?" Aku mencoba memancing percakapan. Harapanku, aku dan dia menjadi lebih dekat. Siapa yang tidak bangga berteman dengan Larasati si bintang sekolah. Dia melirikku s

  • Suami Kiriman Bikin Nyaman   Bab 91

    "Bukan orang sini, Bu Laras. Saya tidak pernah melihat orang ini, apalagi datang ke warung." Satu karyawanku yang baru masuk dari pintu samping memberi laporan. Dahiku berkerut. "Terus siapa dia? Jangan-jangan salah alamat?""Tadi menyebut nama Mbak Laras. Terus ngomong apa begitu. Dan sekarang sedang dikerubuti orang-orang. Katanya dia tidak akan berdiri sebelum bertemu Mbak Laras.""Tidak mau berdiri? Memang orang itu sedang apa?" tanyaku semakin heran."Dia sujud-sujud sambil menangis."Kerutan di dahiku semakin dalam. Apa maksudnya orang ini? Kenapa dia melakukan hal aneh? Kalau pun ada masalah denganku, kenapa dia tidak permisi baik-baik? Bukan malah membuat kehebohan dengan berlaku aneh di depan banyak orang. "Jangan-jangan orang minta sumbangan atau sejenisnya gitu?""Sepertinya bukan. Orangnya tidak seperti pengemis atau orang susah. Cuma terlihat seperti ada masalah. Kayak orang stress."Aku semakin tidak bisa menerka. Siapa aku yang sampai dicari orang yang membutuhkan ban

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status