Nia menyeringai, sudut bibirnya terangkat sebelah, seraya menyambar satu keripik lagi. Matanya menyipit, penuh arti. “Atau jangan-jangan bukan semesta, tapi hati kalian emang harus disatukan, Mbak.” Nada bicaranya terdengar mengejek, tapi di balik itu tersirat sedikit kekhawatiran.Aku melotot, jari telunjuk menunjuk ke arahnya. “Please deh, jangan sok jadi motivator TikTok!” Aku menekankan kata, tubuh sedikit condong ke depan, menunjukkan kekesalanku yang tak tertahankan.Nia tertawa lepas, suaranya nyaring, menggelegar di ruangan. “Mbak Irene Handoyo si perfeksionis, baru aja suaranya gemetar kayak wifi lagi buffering,” katanya sambil menahan tawa, bahunya bergetar.Aku mendesah, kepala menggeleng pelan. Oke, mungkin dia benar. Aku mengusap wajahku, merasa frustrasi.“Apaan, sih? Gue cuma lagi kesel aja. Baru juga hidup gue mulai stabil, kerjaan lancar, klien kalem, eh tiba-tiba lo malah bilang tentang dia lagi." Aku mengepalkan tangan, menunjukkan betapa besar kekesalanku.Nia memi
Last Updated : 2025-06-27 Read more