Callista masih duduk di sisi tempat tidur, menggenggam tangan ibunya erat seakan ingin menahan waktu. Ia tak ingin keluar dari ruangan itu. Tak ingin melepas kehangatan yang tersisa di tubuh rapuh ibunya, atau menanggalkan keberanian yang tadi nyaris runtuh sebelum ia melangkah masuk.“Aku takut, Bu,” katanya lirih, “kalau semua yang kupilih ternyata salah…”Ibu Callista memejamkan mata. Wajahnya tampak tenang, tapi ada napas panjang yang terdengar berat. “Salah itu cuma akan terasa salah kalau kamu menyerah di tengah jalan.”Callista terdiam. Tangannya mulai gemetar.“Aku bukan takut gagal,” bisiknya, “aku cuma takut… kalau semua orang yang aku sayang ikut terluka karena keputusan ini.”“Kamu tahu, Lis… orang yang benar-benar sayang ke kamu, mereka justru akan terluka kalau kamu terus bohong sama dirimu sendiri.”Tangis Callista pecah, tanpa suara. Ia membenamkan wajahnya di selimut tebal, tubuhnya gemetar. Ibu Callista mengangkat satu tangan dengan susah payah, menyentuh kepala putr
Last Updated : 2025-07-30 Read more