Udara di kamar itu masih hangat, sisa keintiman semalam belum sepenuhnya menguap. Cahaya pagi menyelinap dari celah tirai, jatuh lembut di kulit Callista yang masih telanjang, berselimut selimut tipis. Ia membuka mata pelan, merasa punggungnya masih dipeluk erat dari belakang. Nafas Adrian menyentuh tengkuknya—panas, dalam, perlahan.“Aku gak mau bangun,” gumam Callista, suaranya serak manja.Adrian tertawa pelan. Tangannya yang tadi mengusap lembut perut Callista, turun sedikit, menggenggam pahanya. “Jangan bangun. Aku juga masih mau di sini.”Callista menggeliat kecil, tubuhnya membalas himpitan itu. “Kamu udah punya kelas jam sepuluh, kan?”“Kalau dosennya bolos, siapa yang marah?” bisik Adrian di telinganya.Callista menahan tawa, lalu memutar badan, menatap wajah pria itu dari dekat. Matanya lembut, rambutnya berantakan, tapi sorotnya… tetap sama. Penuh keinginan. Penuh tekad.Adrian mengecup dahi Callista. “Kamu masih kepikiran soal foto itu?”Sedikit kerutan kembali muncul di d
Last Updated : 2025-07-27 Read more