Morgan melirik sekilas ke arah Andreas. Senyumnya tipis namun penuh arti. "Thanks, yah, bro."Andreas menepuk pundaknya dengan mantap. "Iya, sama-sama. Kita akan bersama melawan mereka. Tidak peduli seberapa kuat mereka, aku tidak akan mundur."Morgan tersenyum kecil, tapi sorot matanya menyiratkan kekhawatiran. "Tapi bagaimana dengan ayahmu? Dia pasti tidak akan setuju kalau kamu ikut campur. Apalagi sampai menyerang mereka."Andreas menatap Morgan dalam-dalam. "Kekuasaan ayahku sudah di tanganku sekarang. Dia boleh saja bicara, tapi dia tidak bisa mengendalikan langkahku lagi. Dan ibuku... dia sudah tahu siapa pilihanku sejak dulu. Bahkan dia tahu tentang wanita itu."Morgan menegang, lalu perlahan-lahan tersenyum mengenali arah pembicaraan itu. "Kamu bicara soal... anak pembantu itu?"Andreas tertawa kecil, mengangguk. "Hahaha. Kamu masih ingat rupanya.""Tentu saja, aku ingat karena kamu dulu beralasan akan main bersamaku, pada kenyataannya kamu malah main dengan anak pembantu di
Terakhir Diperbarui : 2025-08-01 Baca selengkapnya