All Chapters of Menikah Karena Visa: Chapter 21 - Chapter 30

96 Chapters

BAB 21 : Keluarga Harper

Masih siang, Elena berjalan di taman rumah Daniel. Sesekali, ia bermain dengan salah satu anak tetangga di sana tanpa menyadari bahwa Lily sudah memperhatikannya sejak tadi. “Apa dia bisa dipercaya?” gumam Lily seraya mendekat. Setibanya di sana, ia menyapa anak perempuan berkucir satu yang sedang bermain dengan Elena, lalu menyapa Elena seakan ingin menyampaikan sesuatu. “Nanti kita main lagi, ya. Tante ada urusan sebentar. Oke?” ujar Elena, seakan tahu maksud kedatangan Lily saat itu. Setelah anak kecil itu pergi, Elena membalikkan badan, menghadap Lily. Ia tahu, sejak awal masuk ke keluarga Harper, ia dan adik Daniel itu memang sulit akur. Lily pun langsung membuka suara. “Apa benar kalian menikah karena saling cinta?” Pertanyaan itu terdengar tulus, tapi juga menekan Elena. “Apa sampai sejauh ini kamu masih belum yakin?” balas Elena. “Bukan begitu, hanya saja...” Lily menggantung ucapannya, lalu berbisik, “Aku tidak pernah melihat kalian tidur bersama.” U

Last Updated : 2025-07-09

BAB 22 : Daniel dan Elena

Malam mulai turun, langit Maple Hollow perlahan dihiasi bintang-bintang yang muncul malu-malu. Udara terasa sejuk, angin berembus pelan membawa aroma bunga dari kebun keluarga Harper. Daniel berdiri di beranda kamar, memandang hamparan kebun yang tertata rapi. Di belakangnya, terdengar suara lembut Elena yang tengah merapikan meja kecil di sudut ruangan, meletakkan dua cangkir teh yang baru ia seduh. “Kamu belum makan malam,” katanya sambil duduk di kursi dekat jendela. “Tadi Nenek nanya, kenapa kamu nggak turun.” Daniel menoleh pelan. Wajah Elena tertimpa cahaya lampu yang hangat. Ia mengenakan sweater tipis warna lembut dan rambutnya dikuncir seadanya. Bukan penampilan formal seperti saat mereka berada di kantor atau rapat penting. Ini... berbeda. Lebih alami. Lebih dekat. “Nggak lapar,” sahut Daniel pendek. Elena hanya mengangguk dan menyeduh tehnya. Hening sejenak. Lalu, suara canda kecilnya terdengar. “Atau kamu lagi berpikir keras tentang dunia dan segala isinya?”

Last Updated : 2025-07-09

BAB 23 : Adi atau Daniel

Ucapan Daniel barusan masih menggantung di udara: "Aku nggak tahu kenapa, tapi aku merasa... kamu mulai jadi alasan aku nggak ingin menyerah." Elena membeku sejenak. Matanya melebar, refleks. Ia tidak menyangka Daniel akan mengatakan hal seperti itu—dengan suara setenang itu, namun dengan ketulusan yang sulit diabaikan. Ia memalingkan wajah, mencoba menenangkan gelombang kecil yang bergolak di dadanya. Bukan karena terharu, tapi karena sadar... itu sudah melewati batas. Perlahan ia kembali menatap Daniel dan tersenyum kecil. Senyum yang dibuat, bukan datang dari hati. “Dan... jangan bilang hal seperti itu,” ujarnya pelan, nadanya terdengar hangat namun hati-hati. Daniel menoleh ke arahnya, keningnya sedikit berkerut. “Kenapa? Aku cuma jujur.” Elena menunduk sejenak sebelum menjawab. “Aku tahu, kamu jujur. Dan itu yang justru bikin aku harus hati-hati.” Daniel menunggu, tak bicara. Elena melanjutkan dengan suara lebih lembut. “Aku nggak ingin kamu menggantungkan

Last Updated : 2025-07-10

BAB 24 : Kedatangan Adi

Pagi di Maple Hollow datang dengan embusan angin yang segar. Matahari menyelinap lembut di balik tirai ketika ketukan terdengar di pintu kamar Elena. “Elena, sayang? Bangun yuk, kita pergi sebentar,” suara Nenek Rose terdengar riang dari luar. Elena membuka mata perlahan, agak terkejut karena biasanya nenek tidak akan datang sepagi ini—kecuali ada sesuatu yang penting. Ia bergegas mengganti pakaian dan keluar kamar, mendapati Nenek Rose sudah siap dengan tas kecil dan senyum lebar. “Hari ini kita ke toko pakaian. Kamu perlu lihat-lihat gaun, dan Daniel juga perlu fitting jasnya,” ucapnya sambil menepuk tangan Elena. “Sekarang?” Elena terbelalak. “Tentu saja. Pesta pernikahan kalian tinggal tiga hari lagi!” Seketika, langkah Elena terhenti. Tiga hari? Ia belum benar-benar siap—secara mental. Namun ia tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan gejolaknya. Tak lama, Daniel muncul dari arah dapur, mengenakan jaket dan celana jeans. Rambutnya masih sedikit acak-acakan, tapi wajahnya c

Last Updated : 2025-07-10

BAB 25 : Hati keluarga Harper

Setibanya di rumah, Elena tidak langsung naik ke kamar. Ia mengganti bajunya dengan pakaian rumah yang lebih santai, lalu menuju dapur, di mana Maura—ibu Daniel—sedang memotong sayur di atas meja. “Tante, saya bantu ya,” ucap Elena sambil mengambil celemek yang tergantung di dekat pintu dapur. Maura menoleh, sedikit terkejut. “Oh, Elena. Kamu nggak capek dari luar?” Elena tersenyum kecil sambil mengambil pisau cadangan dan ikut memotong bahan. “Nggak kok. Lagi pula, kalau cuma duduk di kamar, aku malah bosan.” Maura menatapnya sejenak, lalu tersenyum hangat. “Kamu beda. Nggak semua orang bisa betah bantu di dapur, apalagi di rumah orang.” Elena tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil terus mengiris wortel. Tak lama kemudian, waktu makan siang tiba. Di ruang makan, meja panjang sudah tertata rapi dengan berbagai lauk khas Maple Hollow yang sederhana namun hangat. Hari ini, keluarga Harper berkumpul lengkap—Tom, Maura, Lily, Nenek Rose, Daniel, dan Elena. Percakapan r

Last Updated : 2025-07-11

BAB 26 : Lily Sudah Buka Hati

Daniel menghela napas pelan. “Awalnya semua ini cuma soal formalitas, kan? Pernikahan kontrak. Kamu bosku, aku asistennya. Kita cuma kerja sama. Tapi sekarang... kamu mulai masuk ke keluargaku, bantu usaha keluarga, duduk makan bareng, ngobrol kayak gini...” Elena diam. Ia tahu arah pembicaraan ini. Tapi ia tidak menyangka Daniel akan mengakuinya secara langsung. “Aku jadi bingung harus narik batasnya di mana.” “Dan kamu takut mulai beneran percaya?” tanya Elena pelan. Daniel tidak langsung menjawab. Tapi cara ia diam, dan bagaimana ia menatap kebun seolah mencari jawaban dari sana, sudah cukup jadi jawaban. Elena menghela napas, lalu berkata dengan suara rendah namun jelas, “Kamu nggak harus percaya apa-apa, Dan. Kita tetap jalani ini sesuai kontraknya. Kamu cuma perlu fokus bantu keluargamu, dan aku akan lakukan bagianku.” Daniel akhirnya menatap Elena. “Tapi kalau kamu jadi lebih dari sekadar bagian kontrak itu?” Elena menggeleng pelan. “Jangan terlalu larut, D

Last Updated : 2025-07-11

BAB 27 : Usaha keluarga Harper

Setelah tawa kecil mereda di meja makan dan semua kembali sibuk dengan sarapan masing-masing, Tom meletakkan korannya, menatap Daniel dan Elena dengan ekspresi lebih serius. “Ngomong-ngomong soal cocok-mencocokkan,” ucapnya, menoleh ke Elena. “Aku ada tugas untuk kalian berdua hari ini.” Elena mengangkat wajahnya, Daniel menoleh dengan dahi sedikit berkerut. “Hari ini kalian berdua pergi ke kebun bibit. Aku ingin kalian lihat langsung kondisi lahan, aktivitas penanaman, dan sistem distribusi terakhir. Biar Elena bisa tahu lebih rinci sebelum kita ajukan dokumen ke kantor pusat.” “Sekarang,?” tanya Daniel. “Iya, setelah sarapan. Kalian bawa kendaraan sendiri. Pakai mobil kebun. Kunci dan dokumen awal ada di meja kerja saya. Foto segala aktivitas yang bisa menunjang klaim kepemilikan—karyawan, pengiriman, bahkan jadwal penyiraman. Kita butuh bukti nyata bahwa tanah itu aktif dikelola.” Elena mengangguk, mengatur nada bicara seprofesional mungkin. “Baik, Pak Tom. Nanti akan

Last Updated : 2025-07-12

BAB 28 : Mendekati Hari H

Sore mulai merambat ke arah senja ketika mobil SUV berdebu perlahan masuk ke halaman rumah Harper. Elena dan Daniel turun dengan langkah berat, tubuh mereka lelah tapi entah kenapa senyum tak pernah benar-benar lepas dari wajah mereka sejak keluar dari kebun. “Ini hari paling kotor dalam hidupku,” keluh Elena sambil melirik celana kotornya yang penuh tanah kering. “Tapi juga hari paling jujur. Kamu nggak bisa pura-pura jadi wanita rapi sepanjang waktu, kan?” balas Daniel sambil tertawa kecil. Elena menjulurkan lidah sebentar, lalu tertawa juga. Saat mereka berjalan menuju rumah, suara pintu depan terbuka disertai suara khas Lily yang seperti biasa... langsung menyambut dengan komentar tajam terselubung manis. “Wah... pasangan petani pulang dari ladang.” Elena menghela napas. “Dan mulai lagi.” “Kalian ke kebun atau lomba berkubang tanah, sih?” Lily menyilangkan tangan di dada, memandangi Elena dari ujung kepala sampai kaki. “Kamu ini ngomongnya selalu bikin orang ingin bal

Last Updated : 2025-07-13

BAB 29 : Semakin dekat Semakin takut

Elena meliriknya cepat, namun tetap tenang. “Kami mewakili pemilik kebun di Maple Hollow. Kami sudah buat janji dengan Kepala Subbagian Legalitas.” Beberapa menit kemudian, mereka dipersilakan masuk ke sebuah ruangan formal dengan meja panjang dan tumpukan berkas di mana-mana. Di sana, seorang pria paruh baya menyambut mereka dengan sopan namun dingin. “Saya sudah pelajari dokumen awalnya. Tapi ada satu hal yang masih belum kuat... kalian harus bisa tunjukkan bahwa tanah itu memang dikelola terus menerus selama lima tahun terakhir. Ada buktinya?” Elena membuka map dan mulai menyampaikan satu per satu dokumen—rekap panen, jadwal pekerja, bukti distribusi, bahkan foto-foto yang mereka ambil kemarin. Daniel memperhatikan Elena berbicara penuh percaya diri, menjelaskan alur distribusi dan kondisi lahan seolah ia benar-benar bagian dari keluarga itu. Pria dari kantor itu tampak cukup terkesan. “Baik. Ini akan masuk dalam pertimbangan untuk memvalidasi klaim tanah. Tapi saya a

Last Updated : 2025-07-13

BAB 30 : Perasaan mulai Tumbuh

Suasana kamar masih sunyi. Lampu kecil di meja samping tempat tidur memancarkan cahaya hangat yang temaram. Elena duduk bersandar di tepi ranjang, tatapannya belum lepas dari jendela yang sudah tertutup tirai. Suara langkah ringan terdengar mendekat dari arah luar kamar. Tok… tok… Elena menoleh cepat. “Masuk saja, pintunya tidak dikunci.” Pintu perlahan terbuka, memperlihatkan sosok Lily yang berdiri di ambang pintu tanpa laptop, tanpa buku, hanya mengenakan piyama tipis dan membawa segelas susu. “Kamu belum tidur?” tanya Lily sambil masuk ke dalam kamar. “Belum. Susah tidur malam ini,” jawab Elena singkat, menggeser posisi duduknya agar Lily bisa ikut duduk di sisi ranjang. Lily menyerahkan segelas susu itu pada Elena. “Ibu bilang, minum susu hangat bisa bantu tenangin pikiran.” Elena menerima gelas itu, lalu tersenyum kecil. “Terima kasih. Kamu baik juga ternyata.” Lily tertawa pelan. “Aku bukan jahat. Cuma... waspada. Kamu tahu kan, kamu masuk ke keluarga in

Last Updated : 2025-07-13

1 2 3 4 5 6

...

SCAN CODE TO READ ON APP