Hujan masih turun deras malam itu. Dinda mematung di ruang tamu, tubuhnya menggigil, bukan karena dingin, tapi karena suara itu—suara yang selama ini cuma ia dengar dalam mimpi terburuknya.Rayhan.Arsen langsung menarik Dinda ke belakang, melindungi tubuhnya dari arah jendela. Senter kecil di tangannya bergetar pelan, cahaya putihnya menembus gelap. “Dinda, mundur. Peluk bayi kamu, jangan lepaskan.”Dinda hanya mengangguk, matanya tak lepas dari jendela yang berembun. Di sana, samar-samar, sebuah bayangan bergerak di luar. Sosok itu berdiri tegak di bawah hujan, bajunya menempel di tubuh, rambutnya menutupi sebagian wajah. Tapi matanya—dua titik gelap yang memantulkan cahaya—terlihat jelas menatap ke arah mereka.“Rayhan…” bisik Dinda dengan suara bergetar.Rayhan tersenyum samar dari luar. “Kamu masih cantik, Din. Bahkan setelah semua yang kamu lakukan.”Arsen melangkah maju, suaranya keras. “Jangan berani masuk, Rayhan! Aku laporin kamu ke polisi!”Tapi Rayhan malah tertawa pelan.
Last Updated : 2025-10-15 Read more