Semua Bab Menikah Dadakan dengan Mantan Crush: Bab 11 - Bab 20

Malam pertama bagi Johan dan Kalila tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang pada umumnya. Keduanya mandi dan kembali fokus untuk bekerja. Kalila berada di tempat tidur untuk mengetik bagian lanjut novelnya, sedangkan Johan sedang sibuk mengurus desain di laptopnya. Kalila tidak berani bertanya-tanya. Bahkan ketika dia sudah mengunggah ceritanya dia langsung memilih merebahkan tubuhnya.“Oh ya, lo nanti bisa tidur di sofa atau …”Johan membalik tubuhnya. Dia menatap Kalila dengan pandangan bertanya. Baru juga wanita itu menangis tadi sore sebelum acara resepsi, tapi sudah mengurus masalah ranjang.“Atau di samping lo?” ucap Johan sambil menyembuyikan senyumnya ketika Kalila terkejut.“Ee—emm.” Kalila lalu berdiri dan berlari ke pintu kamarnya. Dia mengunci pintunya. “Di sofa aja. Aman.” Kalila berjalan dengan perlahan ke ranjangnya.“Hemm kurang menyenangkan bukan?” Johan menaikkan alisnya. Pria itu terlampau jahil.Kalila melemparkan bantal ke arah Johan. “Mending lo tidur di lu

Jam setengah sembilan malam Kalila sudah sampai di stasiun. Dia memberikan pesan kepada Johan. Pria itu sudah menunggunya di luar stasiun satu jam yang lalu sambil menikmati angkringan. Rokoknya dia matikan dan segera masuk ke kawasan stasiun. Dari kejauhan dia bisa melihat wanita yang memakai jaket cokelat, celana highwaist berwarna hitam, sepatu kets putih, dan matanya yang dibingkai dengan kacamata bulat. Wanita itu terlihat kedinginan.“Udah nunggu lama?” tanya Johan basa-basi. Dia keluar dari mobil dan mengurus koper besar Kalila. Cukup berat tapi sepertinya tidak banyak barang yang dibawa oleh wanita itu.“Enggak sih.” Kalila masuk ke dalam mobil Johan. Bekas bau rokok tercium di hidungnya. Dia menurunkan jendela mobil dan mengibaskan tangannya.Johan datang dan menyadari bahwa Kalila terganggu dengan bau itu. “Nggak suka bau rokok ya?” Johan lalu mengambil parfum untuk menghilangkan bau rokok di dalam mobil. “Emang nggak bisa hilang langsung baunya, tapi nanti hilang kok.”Joha

Sepulang membeli beberapa sayur dan lain-lainnya, Johan baru menyadari bahwa cincin pernikahan dan lamaran yang pernah diberikan olehnya tidak ada di jari istrinya. Dia menghentikan langkah Kalila ketika wanita itu akan masuk ke kamar.“Cincin lo ke mana?” tanya Johan dengan dingin.“Gue lepaslah emang kenapa?” Kalila menjawab dengan malas.”Ohh gue lupa kalau ada orang tua lo.”Kalila melirik mama Johan yang keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Kalila lalu melepaskan tangannya dari genggaman Johan. “Bentar ya sayang. Aku ke kamar dulu. Kamu sama papa aja tunggu sambil nonton televisi.” Kalila mengucapkannya sambil mengelus pipi Johan.Insting Johan seketika aktif. Dia tidak akan menyia-nyiakan situasi saat ini. Dia menarik pinggang Kalila dan membuat wanita itu lebih dekat. “Gue cuma ngikutin apa yang lo lakukan,” bisik pria itu. “Jangan lama-lama ya sayang.”Johan menggusak kepalanya ke leher Kalila. Tubuh Kalila merinding dibuatnya. Dia segera melepaskan rengkuhan Johan dan menata

Johan tidak bisa menghentikan senyumnya setelah mendapatkan ciuman siang tadi. Dia sesekali memperhatikan wanita itu hingga tanpa sadar sudah waktunya jam makan siang.Johan menusap rambut Kalila dengan lembut. Kalila yang fokus refleks terkejut dan memukul Johan. Pria itu mengaduh kesakitan.“Maaf, sayang. Sakit nggak?” Kalila melepas headphone dan mengusap bahu Johan yang terkena tamparan.Pria itu akan memanfaatkan situasi sebaik mungkin. “Sakit sayangku,” rengeknya.Rakoma dan Hendrian yang melihat tingkah sahabatnya hanya bisa menatap dengan heran.“Sejak kapan temen lo jadi manja gitu?” tanya Hendrian dengan mata yang fokus menatap Johan.“Menikah memang mengubah jati diri laki-laki,” ucap Rakoma mengangguk-anggukkan kepalanya.“Ekhemm. Lo makan nggak?” Hendrian menginterupsi kemesraan kedua orang itu.“Makan-makan.”“Masak suaminya kerja dari pagi sampai sore, kadang lembur juga nggak dibikinin makan siang,” ucap wanita berambut panjang itu membawa tempat makannya dan berlalu.“

Sesampainya di apartemen. Kalila langsung ditodong dengan berbagai macam pekerjaan oleh mama Johan. Kalila diajari memasak, menggoreng, mencincang daging, dan mencuci baju. Sementara Johan langsung didorong ke kamar mandi dan beristirahat. Tubuhnya sudah lelah seharian beraktivitas ini tapi dia harus tetap bertahan demi orang tuanya. Johan akhirnya keluar dair kamar dan menarik lengan Kalila karena sudah pukul sembilan malam. Sudah saatnya mereka tidur.“Ma, nggak seharusnya Kalila diperlakukan seperti pembantu kayak gini. Dia ini istri aku. Aku yang berhak nyuruh-nyuruh dia.” Johan memegang bahu Kalila yang lemas. Wanita itu sudah tidak memiliki tenaga.“Kamu itu harus ngasih tahu pekerjaan rumah dia. Sebagai ibu rumah tangga yang baik, dia itu harus bisa masak, ngepel, nyuci, ngasih anak, dan dandan buat kamu. Lihat, dia nggak ada cantik-cantik loh.” Saraswati mengacungkan kemoceng ke arah Kalila. Wanita itu langsung bersin.“Nggak harus dia mah. Aku bisa ngelakuin itu semua.”“Haru