Lahat ng Kabanata ng Legenda Kaisar Naga: Kabanata 11 - Kabanata 20

"Aku hanya pernah bertemu dengannya satu kali," jawab Bing Ruyue kemudian bertanya, "kenapa guru tertarik kepadanya?" "Aku hanya melihat perkembangannya dan merasa dia pemuda yang sangat jenius," balas Zhao Fei. Bing Ruyue mengerutkan alis dan membatin, 'bukankah dia hanya berada ditahapan pemula awal, apa yang dimaksud dengan pemuda yang jenius?" Bing Ruyue tidak mengetahui jika Ye Chen mulai berkultivasi kurang dari seminggu yang lalu, dan saat mereka bertemu di paviliun pil, Ye Chen berada ditahap pemula awal. Jika dia mengetahui Ye Chen naik dua tingkatan dalam waktu kurang dari seminggu, dia tentu akan berpikiran seperti gurunya. Di sisi lain, Ye Chen menambah poin kontribusi miliknya menjadi 102 poin setelah berhasil mengalahkan Chun Li, hanya tinggal sekitar 200 poin lagi agar dia dapat menggunakan kolam spiritual. Berita tentang Ye Chen yang melakukan pertarungan dan mengalahkan kultivator tingkat pemula menengah dengan cepat tersebar ke seluruh murid luar hingga aren

"Ini pil kondensasi, apa kamu tidak tahu betapa berharganya pil ini?" Bing Ruyue tidak mengetahui jalan pikiran Ye Chen, pil kondensasi setidaknya berharga 2.000 koin emas, namun Ye Chen menolaknya mentah-mentah. "Aku tahu, tapi aku tidak ingin mendapatkan belas kasih dari siapapun! Sejak aku bergabung dengan sekte ini, aku tidak menggantungkan diri kepada siapapun, bahkan aku sering ditindas dan merasakan nasib yang begitu tragis tanpa ada satupun yang menolongku, aku terbiasa tidak bergantung kepada siapapun," jawab Ye Chen. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu." Bing Ruyue membalikkan badan dan akan meninggalkan Ye Chen, dia tidak ingin berdebat karena Ye Chen pasti bersikeras menolaknya, diapun tidak ingin mendengar keluhannya. "Tunggu!" Ye Chen menghentikan Bing Ruyue. "Ada apa?" tanya Bing Ruyue kembali membalikkan badannya. "Apakah kamu mendengar percakapanku tadi?" tanya Ye Chen. "Ya, aku mendengarnya! Dan aku rasa, kamu perlu meningkatkan kekuatanmu untuk menyumpal m

"Hati-hati tuan muda chen, nona mei," ucap penjaga gerbang dengan serentak sambil menunduk memberi hormat. Su Mei yang melihat kegirangan para penjaga gerbang, hanya tersenyum melihat kebaikan Ye Chen, tapi dia juga sedikit kesal. "Lain kali kakak chen jangan berbaik hati kepada mereka biar mereka kapok." "Apa mei'er juga ingin hadiah?" tanya Ye Chen. Su Mei mengerjapkan mata. "Mau," ucapnya sambil merangkul lengan Ye Chen lebih erat. "Huh dasar, kamu dan penjaga gerbang ternyata sama saja," kata Ye Chen sambil terkekeh. Su Mei hanya manyun dan melet ke arah Ye Chen. "hadiah apa yang ingin kakak chen berikan?" "Bagaimana dengan ciuman?" goda Ye Chen. "Huh, dasar mesum," balas Su Mei. "Lalu, apa maumu?" tanya Ye Chen. "Mei'er ingin cincin ruang seperti milik kakak chen," jawab Su Mei. "Baiklah, kakak chen akan membuatkannya," balas Ye Chen. Ye Chen dan Su Mei berjalan di pusat kota pelangi seperti sepasang kekasih. Banyak dari warga kota yang menatap mereka dan me

"Kita akan menyerang klan mo setelah aku membuat pil untuk Tuan Su Long," lanjut Ye Chen. "Baiklah, aku akan menunggu sambil mempersiapkan pasukan klan su," jawab Patriark Su Yun. Ye Chen kemudian membuat pil bintang. Dia meraciknya hanya dalam waktu 5 menit. "Mei'er, berikan pil bintang ini untuk ayahmu!" perintah Ye Chen kepada Su Mei sambil memberikan pil bintang kepadanya. "Baik kakak chen," jawab Su Mei, kemudian meminumkan pil bintang itu kepada ayahnya. Sesaat kemudian, Su Long mengeluarkan keringat hitam dari tubuhnya. Hal itu menandakan jika racun mawar hitam telah sepenuhnya keluar dari tubuhnya. "Nak chen, aku sangat berhutang budi kepadamu," ucap Su Long. "Tidak perlu dipikirkan tuan long," balas Ye Chen. "Ayah, kita akan menyerang klan mo, mereka telah lama semena-mena terhadap klan kita, dengan bantuan kakak chen, kita pasti akan menang," sela Su Mei memberitahukan informasi penyerangan kepada ayahnya. "Ayah akan bersiap, ayah juga akan ikut berperang,"

Putri walikota itu hanya mengangguk, dia seakan ingin menyampaikan sesuatu kepada Ye Chen, namun mulutnya tertahan tidak dapat berbicara. "Aku akan mengantarmu kembali ke kota pelangi," kata Ye Chen. Lagi-lagi putri walikota itu hanya mengangguk mengiyakan. Dia seperti orang yang trauma tidak dapat berbicara sama sekali. "Baiklah, ayu kita kembali!" ajak Ye Chen. Merekapun akhirnya melangkah untuk kembali ke kota pelangi. Ye Chen bingung harus mengatakan apa karena gadis itu tidak mau membuka mulutnya. "Siapa namamu?" tanya Ye Chen. Putri walikota hanya diam, mukanya terlihat sedih dan sangat ketakutan setelah diculik oleh para bandit. Ye Chen mengerti dengan sikap putri walikota yang diam seribu bahasa, 'mungkin dia trauma,' batinnya. Ye Chen terus melangkah bersama putri walikota. Dia sekarang tidak banyak bertanya kepada putri walikota itu. Setelah beberapa jam melangkah, mereka akhirnya sampai di kota pelangi. Warga kota yang melihat putri walikota bertanya-tanya